Ghurrotul, Peraih Bidikmisi yang Berhasil Jadi Salah Satu Wisudawan Terbaik

Dia berdiri di atas mimbar mewakili teman-temannya sesama wisudawan. Selama hampir sepuluh menit, dia menyampaikan pidato perpisahan dan ucapan terima kasih. Suaranya lantang dan pengucapan lafalnya tegas. Untuk hari yang membahagiakan ini, ia memang haru lantaran saking gembiranya.

Tetapi itu tak boleh membuat dia kalah oleh keharuan. Perempuan itu bernama Ghurrotul Bariroh. Setelah tiga tahun delapan bulan, dia akhirnya lulus menjadi wisudawan terbaik di Program Studi Biologi. Hari itu, ada 24 wisudawan dengan indeks komulatif terbaik yang ada di Gedung Balairung, 12 Agustus 2021. Dan dia mewakili teman-temannya menyampaikan pidato prestisius itu di atas mimbar, di hadapan 873 wisudawan.

Perjalanan kuliah Ghurrotul, begitu dia akrab disapa oleh teman-temannya, memang cukup berliku. Program Bidikmisi mengantarkannya berkuliah secara gratis di Universitas PGRI Semarang jurusan Pendidikan Biologi. “Karena sudah dibiayai negara, saya harus membuktikan bahwa saya bisa, saya sanggup lulus dengan baik,” ungkap Ghurrotul.

Bahkan lantaran beasiswa itulah dia merasa harus benar-benar serius. Hari-hari berkuliah tak pernah disia-siakannya dengan malas-malas. “Pagi sampai siang biasanya saya di kampus, lalu sorenya saya kasih les privat, dan malamnya ikut organisasi.” Tercatat, Ghurrotul memang aktif di unit kegiatan mahasiswa Kajian Ilmiah dan Penelitian Mahasiswa (KIPM). Selama pandemi ini, dia justru makin rajin menyelesaikan skripsinya.

Ikut KIPM memang pilihan yang tepat untuknya. Dari rasa ingin tahu yang besar, dia akhirnya menemukan topik skripsi yang “relate” dengan tempatnya tinggal di Bonang, Demak, suatu daerah pesisiran. Apalagi ayah Ghurrotul adalah nelayan.

“Saya kan orang pesisir, jadi saya merasa tertarik melihat-lihat kondisi tambak. Nah kebetulan, saya menemukan kasus ada banyak ikan mati di tambak.” Pabrik kopi saset ditengarai menjadi penyebab ikan-ikan itu mati lantaran limbah cairnya tidak dioleh dengan baik.

Akhirnya, Ghurrotul memutuskan meneliti tambak yang tercemar itu. Dari hasil penelitiannya, dapat disimpulkan salah satu solusi yaitu dengan cara menanam tanaman terate di tambak-tambak itu. “Terate sangat bagus mengurangi kadar limbah,” pungkasnya. Penelitian itu membuat dia lulus skripsi dengan baik. IPK 3.86 sangat pantas untuk usaha yang Ghurrotul lakukan selama ini. Selamat, ya!

Leave a Reply