Keberadaan sentra Kekayaan Intelektual (KI) di perguruan tinggi, menjadi sebuah kebutuhan. Dalam perkembangannya baik perseorangan maupun lembaga, Sentra KI menjadi wadah dalam bertukar pengalaman, pengetahuan, serta penguatan satu sama lain antara anggota KI.
“Peran sentra kekayaan intelektual di perguruan tinggi, serta lembaga penelitian dan pengembangan (lemlitbang) sangat penting, dalam meningkatkan produktivitas kekayaan intelektual, khususnya paten di Indonesia. Sentra HKI ini diperlukan untuk membantu seseorang dalam hal tersebut,” papar Ketua Asosiasi Kekayaan Intelektual Indonesia (ASKII) Dr Budi Agus Riswandi, dalam seminar nasional dan diklat pengelolaan HKI di kampus I UPGRIS, Sidodadi, Semarang, Kamis (21/3).
Dipaparkan, Sentra KI itu sebagai mesin dalam meningkatkan produktivitas kekayaan intelektual. Kelembagaan dan sumber daya manusia merupakan hal utama, yang harus diperhatikan dalam penguatan Sentra.
“Harus ada penguatan kelembagaan dan SDM. Pengurus Sentra KI harus memiliki keahlian yang spesifik, yang tidak dilakukan semuanya oleh satu atau dua orang. Sentra KI harus memiliki ahli searching paten, ahli drafting paten, ahli valuasi KI, ahli kontrak, dan beberapa spesifikasi lainnya,” tambah dosen Fakutas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta tersebut.
Sementara, Rektor UPGRIS Dr Muhdi SH MHum menuturkan, pihaknya terus mendorong peningkatan paten yang dilakukan oleh para dosen. “Bahkan, paten ini perlu dilakukan sebelum dosen melakukan penelitian, dalam artian mereka sudah terlebih dahulu menyiapkan persyaratan yang diperlukan, sehingga saat penelitian yang dilakukan selesai bisa langsung dipatenkan,” terangnya.
Sejauh ini pihaknya sudah memiliki Sentra KI, sehingga bisa dimanfaatkan dan dioptimalkan oleh para dosen, atau pun masyarakat luas dalam mematenkan temuan atau hasil karya mereka. Tidak selalu yang bersifat ilmiah, namun sesuatu yang orisinil dan kebaharuan.
“Kekayaan intelektual harus dikelola dengan baik, salah satunya dengan mendirikan Sentra KI. Tidak hanya itu, penelitian yang dilakukan juga bisa terus didorong agar tidak hanya menjadi jurnal, namun juga bisa dihilirisasi, sehingga bisa dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat,”pungkasnya. Rix
MENUNJUKKAN – Rektor UPGRIS Dr Muhdi SH Mhum menunjukkan cinderamata dari Ketua ASKII Dr Budi Agus Riswandi, didampingi ketua panitia Dr Mei Sulistiyaningsih Msi dalam seminar nasional dan diklat pengelolaan HKI di kampus I UPGRIS, Sidodadi, Semarang, Kamis (21/3)