Merebaknya penyebaran virus korona covid-19 di dunia membuat masyarakat lebih berhati-hati dan waspada. Hingga saat ini jumlah pasien tiap terdampak semakin bertambah. Pemerintah hingga saat ini terus berupaya memininalisir penyebaran melalui berbagai upaya. Diantara rajin cuci tangan dengan sabun, pakai masker jika keluar rumah, jaga jarak dengan masyarakat, hinggga dilarang mudik.
Hingga kini, yang terpapar tidak hanya masyarakat biasa akan tetapi tenaga medis juga sangat rentan. Bahkan, sudah ada dokter dan perawat yang meninggal dunia karena terpapar virus korona covid-19.
Dari data yang telah didapat lebih dari seratus tenaga medis di Indonesia telah terpapar virus Covid-19 yang diantaranya sebanyak 46 tenaga medis di Semarang positif Covid-19. Maraknya petugas medis yang terpapar virus korona membuat dosen dan mahasiswa Fakultas Teknik dan Informatika (FTI) Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) tergerak untuk menciptakan produk yang bermanfaat bagi tenaga medis.
Produk yang diciptakan ventilator (alat bantu nafas) berbasis IoT (Internet of Things). Ditangan Aan Burhanudin, M.T. (Kepala Program Studi Teknik Mesin), dibantu Muchamad Malik M. Eng yang ahli dibidang mekatronika dan robotika serta tiga mahasiswa Teknik Mesin UPGRIS yaitu Iffan Bayu Setyono, Kukuh Wahyu Hidayat dan Ilham Sabil Mubarok ciptakan ventilator berbasis Internet of Things (IoT).
Melalui kerja keras dan tangan dingin mereka alat tersebut dapat diselesaikan dalam waktu 7 hari di Laboratorium. Proses pembuatan alat tersebut dilakukan dengan pembagian tugas masing-masing yaitu Iffan sebagai perancang desain mekanis, Kukuh sebagai perancang desain elektronis dan Ilham merancang desain perangkat lunak.
Aan menambahkan hasil desain tersebut dilakukan beberapa kali revisi sehingga menghasilkan alat bantu pernafasan yang dapat berfungsi dengan baik, aman, akurat dan presisi. “Alat bantu pernasfasan tersebut telah memiliki sensor tekanan oksigen , sensor aliran oksigen, sensor detak jantung dan sensor suhu yang dapat mengatur tekanan dan aliran oksigen secara otomatis sesuai dengan setingan Dokter sehingga menjaga kestabilan alat bantu pernafasan dan menjadikan pasien lebih merasa aman,”imbuh Aan.
Selain itu, Ventilator buatanya dilengkapi dengan sensor-sensor yang canggih, alat bantu pernafasan tersebut juga dapat dipantau dengan menggunakan kamera dua arah dan dikendalikan dari jarak jauh menggunakan jaringan Internet. Data – data medis pasien akan tersimpan ke dalam data base secara otomatis.
Dengan teknologi tersebut maka Dokter akan dapat menganalisa kesehatan pasien-pasien dengan melihat tren data kesehatannya sehingga Dokter akan dapat memprediksi hal apa saja kemungkinan yang akan terjadi terhadap pasien.
Rektor UPGRIS Dr Muhdi SH MHum bangga dengan kepedulian Aan Burhanudin dan tim telah merancang alat medis yang canggih. “Alat bantu pernafasan ciptaanya tersebut dapat bekerja secara efektif dan lebih aman karena mengurangi kontak langsung antara pasien Covid-19 dengan tenaga medis sehingga keaman tenaga medis dapat terjamin,” tutur Muhdi.
Di hadapan Rektor, Aan dan tim mampu menunjukan kehebatan ventilator ciptaanya tersebut di ruang Rektorat, Jumat (24/4). Sehingga dengan adanya produk ini, sedikit mampu menjawab permasalahan penanganan pasien korona secara baik. Secara data melalui jurnal internasional bahwa ventilator berbasis IoT yang terintegrasi dengan big data yang dibuat Aan dan tim merupakan produk pertama di dunia. Hal ini menjadikan salah satu kebangganya dalam penemuan alat bantu medis ciptaanya.
Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) sebagai sebuah instansi pendidikan melalui Catur Dharma Perguruan Tinggi yaitu dengan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat serta peneladanan. Hal ini, UPGRIS dapat menjalankan tugas penelitan yang lebih mendunia. Oleh sebab itu, ke depan akan ada dukungan baik dari bidang kesehatan sebagai pengguna untuk ikut melakukan pengujian klinis. Pemerintah sebagai pemangku kepentingan dapat memberikan arahan maupun swasta untuk ikut mengembangkan alat tersebut dengan baik.