Tiap-tiap lembaga pendidikan memiliki cara dan gayanya tersendiri dalam mengemas metode pembelajaran. Tiap-tiap universitas memiliki dosen dengan karakteristik dan cara mengajar di kelas yang berbeda-beda. Ini pula yang kemudian menentukan kualitas suatu universitas.
Universitas PGRI Semarang bersama Universitas PGRI Madiun (Unipma) menyadari pentingnya saling mempelajari metode dan tradisi pengajaran di masing-masing universitas. Untuk itulah, kedua universitas ini menjalin kerja sama dalam bentuk Program Hibah Pertukaran Mahasiswa Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UPGRIS dengan Unipma melalui sistem pembelajaran daring Indonesia (Spada). Program ini dibiayai oleh hibah Kemristekdikri.
“Pertukaran pelajar ini bertaraf nasional. Tidak saja mengajak mahasiswa mempelajari pembelajaran daring, mereka juga belajar pada kehidupan kampus yang beda. Di program ini mahasiswa mempelajari gaya pembelajaran antar sesama perguruan tinggi,” ungkap Rektor UPGRIS Dr.Muhdi, S.H., M.Hum, dalam acara penyambutan kedatangan pemagang dari Unipma tersebut. Sejumlah 15 mahasiswa Unipma akan kuliah di Upgris selama dua bulan, dan sisanya menggunakan sistem daring.
Pentingnya pertukaran mahasiswa bagi Muhdi ialah untuk pula melatih bagaimana mahasiswa beradaptasi dan berkomunikasi dengan orang-orang baru dan lingkungan baru. “Di era seperti ini, mahasiswa harus menguasai betul kemampuan berkomunikasi. Inilah yang sangat menentukan prospek mahasiswa di masa depan,” tambahnya berpesan kepada para mahasiswa.
“Ada MoU yang sudah memayungi kerja sama ini. Kebetulan di Unipma sama-sama memiliki prodi PGSD. Setelah dua bulan, selanjutnya menggunakan program “real one”, jelas Prodi PGSD Unipma Dewi Tryana, M.Pd. Ditambahkan pula, program ini menyedot banyak perhatian mahasiswa. “Kami seleksi peserta yang hendak ikut, karena peminatnya sangat banyak,” imbuh Dewi. Sebaliknya, sejumlah mahasiswa Upgris juga akan diikutkan dalam perkuliahan di Unipma, dengan waktu yang sama.[]