Dosen atau guru fisika mengahadapi tantangan di era revolusi industri 4.0. Hal itu didukung dengan makin mudahnya siswa atau mahasiswa mudah mengakses dan menambah informasi atau pengetahuan melalui pengalaman hidup di lingkungan kerabat, internet, buku, media, maupun media sosial. Karenanya, tenaga pengajar harus menguasai pengetahuan terbarukan, kemampuan teknikal, kreatifitas, serta menanamkan pendidikan karakter.
Demikian diungkapkan dosen Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi Informasi (FPMIPATI) Universitas PGRI Semarang Dr Joko Siswanto, M.Pd saat menjadi narasumber dalam kegiatan seminar nasional the 5th Lontar Physics Forum (LPF) yang bertema “Peran Pendidikan Fisika di Era Revolusi Industri 4.0”.
Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang mengedepankan etika dan berifikir ilmiah. Dalam belajar fisika, peserta didik dituntut untuk menguji berbagai informasi yang diperoleh melalui berbagai tahapan dan metode, kegiatan eksperimen maupun diskusi. Sebagai contoh dalam mereduksi miskonsepsi, peserta didik di minta untuk menguji konsepsi yang dimiliki melalui pemberian konflik kognitif oleh fasilitator. Miskonsepsi fisika dan Hoax sama-sama bersumber dari informasi yang tidak utuh dan sebagian besar diyakini kebenarannya oleh penerima informasi. Miskonsepsi muncul karena bahasa intuisi ikut berperan dalam menyimpulkan informasi, sedangkan hoax muncul karena penerima berita tidak memiliki atau sedikit memiliki informasi yang diterima dan tidak memahami konsekwensi penyebarluasan informasi yang diperoleh. Penjelasan ini memperkuat argumentasi bahwa pencegahan hoax dapat dilakukan melalui pendidikan khususnya pembelajaran fisika.
Hal itu disampaikan juga oleh Dr. Jeffry Handhika dari Universitas PGRI Madiun sebagai narasumber dengan paparan “miskonsepsi, Hoax, dan Pembelajaran Fisika Di Era Revolusi Industri 4.0”.
Narasumber yang lain juga menghadirkan pakar Fisika Material dari Universitas Ahmad Dahlan Dr Moh. Toifur. Perkembangan keilmuan Fisika tidak lepas dari inovasi dari para peneliti dan pendidik fisika. “Kemajuan IPTEK seiring dengan kemajuan teknologi material fisika diupayakan mampu menjawab tantangan Revolusi Industri 4.0 yang harus siap dihadapi masyarakat”, tegas Dr. Moh Toifur dalam pararannya tentang “sintesis lapisan tipis Cu/Ni dengan metode electroplating pada variasi suhu larutan dan kinerjanya sebagai sensor suhu rendah”.
Lontar Physics Forum dibuka Dekan FPMIPATI UPGRIS Nur Khoiri, S.Pd.,MT.,MT. Forum yang masuk dalam rangkain Dies Natalis UPGRIS ke-38 ini juga diikuti perwakilan sejumlah instansi dan universitas seperti UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas PGRI Madiun, LAPAN Pasuruan, Universitas Negeri Semarang, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, SMA Teuku Umar Semarang, dan SMA Negeri 7 Semarang.
Ketua Panitia Seminar nasional The 5th Lontar Physics Forum Choirul Huda mengatakan, forum ini berencana menjajaki dalam berbagai kegiatan ilmiah, workshop, seminar internasional, bahkan dalam kerjasama penelitian kolaboratif, dan pertukaran artikel jurnal.