Paduan suara adalah hobi sampingan saja, sekadar pengisi waktu ekstrakurikuler di masa SMP dan SMA. Sulit baginya untuk benar-benar aktif di paduan suara. Waktu menjadi salah satu kendala. Tapi itu cerita beberapa tahun lalu. Kini, Hanifah justru merasa memiliki waktu sepenuhnya guna menyalurkan bakat dan keinginannya. “Di masa kuliah ini saya ingin fokus menekuni paduan suara,” ungkap mahasiswa semester 5 Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UPGRIS (02/11).
Gayung bersambut, di kampusnya Hanifah memilih bergabung dan banyak terlibat di Unit Kegiatan Mahasiswa PSM Gisma Choir. Bahkan ia bersama tim UKM Gisma baru saja memenangkan dua kategori, yaitu Folklore Category dan Mixed Choir Category, dalam kompetisi Jakarta World Choir Festival, 26-27 Oktober 2019, di Jakarta. Hanifah bercerita, prosesnya dalam lomba ini bisa dikatakan sangat menantang.
“Saya ikut latihan untuk kompetisi ini secara 10 bulan,” ungkap dara kelahiran 11 Mei 2019 di Brebes ini. Tiap minggu latihan rata-rata empat kali. Bahkan menjelang lomba intensitas latihan bisa dinaikkan sampai seminggu penuh untuk latihan.”Setiap kali latihan bisa menyita waktu empat jam, dari jam tujuh sore sampai sebelas malam.”Hanifah merasa latihan yang berat dan kedisiplinan tersebut membuat ia terbiasa dengan sikap profesional dalam menekuni paduan suara maupun organisasi.
Segala macam usaha keras tersebut bagi hanifah adalah upayanya menambah keterampilan dan kemampuan di luar akademik. “Saya ingin menjadi guru yang punya kapasitas lebih. Guru harus punya softskill di luar bidang pengajarannya,” terang Hanifah. Baginya, keterampilan ini akan sangat membantunya ketika kelak ia sudah mengajar di sekolah. Walau jadwal latihannya begitu padat, Hanifah merasa pilihannya di paduan suara sudah tepat. “Meski capek, jika saya merasa bahagia di situ, itu artinya sudah berada di jalan yang tepat,” pungkas Hanifah.[]