Semua berawal saat Rifa Uliatul pada masa kecilnya suka menggambar. Terutama menggambar pemandangan dan gambar-gambar imajinatif. Kesukaannya ini keterusan, sampai akhirnya Rifa memutuskan menekuni dunia arsitektur.
“Meski sebenarnya beda antara menggambar buat seni dan arsitektur. Tapi gara-gara suka menggambar, saya harus banyak menyesuaikan,” ucap mahasiswa Prodi Arsitektur Universitas PGRI Semarang.
Menurut gadis asal kabupaten Kendal ini, belajar arsitektur diperlukan kemampuan berimajinasi sekaligus paham teknis. “Kalau mau bikin bentuk yang menarik, itu imajinasi kita. Tapi untuk pembuatannya harus sesuai konsep teknik.”
Selain itu, bagi Rifa kemampuan berimajinasi untuk mencari ide dan konsep bangunan yang bagus harus ditunjang pengetahuan yang luas. “Harus berwawasan luas untuk paham arsitek. Karena bangunan yang kita rancang tak hanya kuat, tapi juga bagus. Dan punya nilai filososfis kalau bisa.”
Untuk mendorong kemampuannya, Rifa mengaku tak sungkan tanya ke kakak tingkat. Cari buku referensi tentang arsitek. Bahkan Rifa tak keberatan jika harus memperbanyak asistensi ke dosean atau kakak tingkat.
Rifa punya strtegi khusus dalam belajar arsitektur. “Supaya nyaman belajar, sering-seringlah diskusi bareng teman kelompok.” Bagi Rifa, dengan diskusi ia jadi mendapat banyak sudut pandang berbeda dalam melihat ide yang akan ia realisasikan ke dalam bentuk desain.
Rifa sendiri mengidolakan Tulus, penyanyi pop yang banyak digemari anak muda. “Tulus itu seorang arsitek, tapi juga penyanyi yang bagus.”[]