Ide membuat aplikasi bisa berawal dari kejadian-kejadian di sekitar kita. Bahkan seringkali tak terduga. Puti Kayo Gebriecya, misalnya, terinspirasi setelah melihat antrian di Puskesmas yang kurang rapi. Antrian berjubel, dan kurang tertib. Sementara itu, kadang pasien butuh penanganan cepat tapi kurang mendapat prioritas karena terhalang antrian.
“Penyebabnya kurangnya struktur, sistematika pendaftaran untuk berobat di Puskesmas dan waktu tunggu yang lama,” ungkap Puti dalam acara Webinar Internasional bertema “Merintis Bisnis Ala Mahasiswa” yang diselenggarakan pada Rabu, 11 November 2020, pukul 15.30 WIB.
Atas hal itu, Puti membuat aplikasi online untuk mendaftar berobat tanpa perlu menunggu lama di Puskesmas untuk dilayani sesuai kebutuhan kedaruratannya. Nama aplikasinya Sikda Optima. “Aplikasi ini sudah diminati setidaknya 70 puskesmas,” terang Puti.
Selain menghadirkan Puti Kayo Gebriecya, Director PT. TeknoKayo, B.Sc, acara ini juga mengundang pembicara Sripeni Puspasari, Founder Netasia Singapore. Acara ini diselenggarakan dalam rangka peluncuran FACE.in Universitas PGRI Semarang.
Seturut dengan aplikasi Sikda Optima, pendirian FACE.in pada mulanya juga berawal dari menangkap peluang semasa pandemi. FACE.in Virtual Meeting Organizer merupakan jasa penyedia fasilitas pertemuan daring dengan fitur yang cukup lengkap dan bervariasi, yang akan membantu pihak-pihak yang ingin melakukan pertemuan secara daring seperti pembelajaran, seminar, pertemuan, dan sebagainya, yang terkendala karena situasi dan kondisi seperti pandemi saat ini.
Mega Novita, Ph.D, dosen Universitas PGRI Semarang menyampaikan, “Tim ini dikerjakan bersama dosen dan mahasiswa.” Selain Mega, tim ini di antaranya diinisiasi oleh Dian Marlina (dosen), Saptono Nugrohadi (guru), Iswatun Chasanah (mahasiswa pascasarjana), dan Dail Umamil Asri (siswa SMA). Sedangkan tim yang bergerak pada pengoperasian acara adalah Delimas Isabel, Mustaqfirin, Finka Cindy Antika, Hervinda Kurniawati, Arsha Raulnady Trikusuma.
“FACE.in hadir sebagai respon terhadap pandemi COVID-19 yang memaksa setiap kegiatan yang seharusnya dilaksanakan secara tatap muka harus dilaksanakan secara daring, terutama dalam bidang pendidikan,” ungkap Mega.