Irna Widia Wati lulus sekolah menengah atas pada tahun 2015. Dan pada tahun yang sama dia seharusnya bisa langsung mendaftar ke perguruan tinggi. Namun, dia rela menunda sekolah agar bisa mendaftar kuliah bersama adiknya yang terpaut umur satu tahun lebih muda darinya. Irna lahir pada 14 Mei 1996, sedangkan adiknya, Erni Kurniawati, lahir pada 20 Agustus 1997. Keduanya lahir di Cilacap.
Keduanya akhirnya mendaftar kuliah di universitas yang sama, yaitu Universitas PGRI Semarang, pada tahun 2016. Irna memilih Program Studi Pendidikan PPKn, sedangkan adiknya memilih Program Studi Matematika. Empat setengah tahun kemudian siapa yang bisa menyangkan jika mereka berdua akhirnya bisa diwisuda bersama pada bulan Januari mendatang dalam upacara Wisuda ke-68, Universitas PGRI Semarang.
Kakak beradik kuliah di tempat yang sama, mendaftar di waktu yang sama, lalu lulus pada waktu yang sama. “Lebih banyak sukanya, sebenarnya. Karena kami sudah saling mengenal sejak kecil. Jadi bisa saling membantu dalam banyak hal,” ungkap Irna, sang kakak. Irna mengakui, karena selisih umur yang terpaut sedikit, jadi sudah seperti teman dekat, ke mana-mana bersama.
Irna mengaku tak keberatan menunda kuliah demi bisa mendaftar bersama adiknya. “Bapak juga menyarankan agar kami kuliah bersama, agar bisa saling menjaga,” ucap Irna. Kedua orang tua mereka bekerja sebagai petani. Dengan tinggal dan kuliah di tempat yang sama, orang tuanya bisa lebih merampingkan pengeluaran untuk biaya pendidikan keduanya.
Saran ayahnya dibenarkan oleh Erni. Sehari-hari mereka tinggal di kos yang sama serta bisa berbagi kebutuhan yang ada. “Kami tinggal bersama di kos yang sama, jadi segala keperluan hidup di Semarang bisa ditanggung kami berdua,” terang Erni. Selain itu, Erni juga rajin mencari beasiswa agar orang tuanya tak terlalu merasa keberatan dalam urusan pembiayaan. “Iya, saya sering dapat beasiswa, jadi bisa membantu orang tua.”
Bagi Erni, kakaknya sudah lebih dari sekadar kakak. Mereka bahkan sudah saling membutuhkan satu sama lain. “Pernah selama setahun kami pisah, kakak saya kos di dekat kampus 4 karena kuliahnya di kampus 4. Namun, akhirnya setelah setahun kami bersama lagi,” kenang Erni. Salah satu alasannya ialah, mereka berdua hanya dijatah sebuah leptop oleh orang tua. “Tiap hendak mengerjakan tugas, kami selalu gentian pakai leptop. Sehingga jika tidak kos di tempat yang sama akan menyulitkan.”
Menurut Erni, selama tinggal bersama kakaknya, dia sudah sangat paham dengan karakter kakaknya itu. “Kalau lagi marah, paling lama satu jam. Habis itu sudah, baikan lagi. Nggak bisa lama-lama marah.” Menurut mereka, banyak pasangan kakak beradik yang tak bisa akur. Itu tak berlaku bagi Irna dan Erni. Mereka berjuang bersama, menempuh empat tahun kuliah bersama-sama, dan pada bulan Januari nanti keduanya akan wisuda bersama.
“Senang sekali rasanya, daftar bersama, wisuda bersama.” Erni melanjutkan, setelah selesai kuliah, dia akan segera mewujudkan niatnya jadi guru. Pun dengan Irna. Keduanya sejak awal sudah bercita-cita menjadi guru. “Sejak kecil memang sudah ingin jadi guru,” ucap Erni.