Tidak cukup berdiam diri dan berserah begitu saja pada keadaan, bukanlah menjadi jalan terbaik bagi para pegiat seni. Mereka selalu berupaya mencari ruang-ruang alternatif dalam melangsungkan kerja kreatifnya dalam berkesenian. Salah satunya dilakukan pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, mereka mengambil bagian dalam sebuah ruang bernama Panggung Daring (Paring) #4 yang diselenggarakan Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program Pascasarjana Universitas PGRI Semarang. Paring yang dilaksanakan pada Rabu 7 April 2021 ini terselenggara berdampingan dengan Seminar Daring (Sering) yang sudah beberapa kali terselenggara pada masa pandemi ini.
“Pada kesempatan kali ini, Paring #4 menghadirkan beberapa penampil yang menunjukkan keberagaman pertunjukannya. Mereka adalah Akhmad Sofyan Hadi (Direktur Artistik Jarak Dekat Art Production), Toharin, S.Pd. (Guru SMKS Diponegoro Penawangan Grobogan), Eni Riswanti, S.Pd. (Guru SMP N 1 Bawen), Cintia Nugraha, S.Pd. (Guru SMK N 2 Kota Tegal), dan Dimas Pramata Sukma, S.Pd. (Guru SMK N 1 Dukuhturi, Tegal),” ungkap Dr. Harjito, M.Hum., Ketua Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia saat diwawancarai secara daring selepas acara usai.
Bagi Harjito, pada Paring kali ini disuguhkan penampilan spesial dari salah seorang aktor muda dari Kendal, yakni Akhmad Sofyan Hadi yang akrab dipanggil Ian. Ia merupakan alumni Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa UPGRIS yang sempat meraih juara 1 tangkai Monolog dalam ajang Peksimida 2008 dan selanjutnya mendapatkan juara 2 dalam ajang Peksiminas pada tahun yang sama.
“Ian kami dapuk sebagai bintang tamu, sebab ini menjadi upaya kami pula untuk memantik penampil lainnya serta para penonton untuk memunculkan para seniman muda kebanggaan yang merupakan alumni dari kampus kami. Ini yang terkadang belum begitu diketahui, meski sudah pasti proses kreatif mereka masih menggeliat dan berkibar di mana-mana,” imbuh Harjito, penulis buku esai Perempuan Jawa yang telah terbit beberapa waktu lalu.
Pembacaan puisi Tegalan, dongeng, dramatic reading dan juga seni pencak silat begitu rupa disuguhkan dengan penuh keseriusan dari pada penampilnya. Sehingga tak ayal segala itu mampu menjadi magnet tersendiri hingga membuat batas penonton 100 orang telah terpenuhi oleh berbagai pasang mata dari berbagai belahan Indonesia.
“Kami selanjutnya juga akan mencoba untuk terus menyelenggarakan panggung daring ini. Jika kali ini kita mencoba mengangkat tajuk Latihan Ngabuburit, maka nanti selepas tiba di bulan puasa kami juga akan tetap menyelenggarakan panggung daring. Tentu akan menjadi ngabuburit sebenarnya, selepas latihan ngabuburit yang terselenggara ini telah tunai,” tutur Dr. Nazla Maharani Umaya, M.Hum., Sekprodi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Bagi Nazla, dalam formulir pendaftaran peserta (penonton) yang hendak menyaksikan panggung daring selalu diberikan pertanyaan mengenai kesediaan turut serta menjadi penampil dari panggung dari yang terselenggara.
“Harapannya, panggung daring ini akan sepenuhnya memberikan ruang kepada para talenta yang barangkali belum berkesempatan menyalurkan kreativitasnya. Atau paling tidak panggung daring ini menjadi ruang alternatif bagi mereka pada masa pandemi ini. Meski tidak menutup kemungkinan ketika pandemi ini berakhir, panggung daring ini dimungkinkan akan tetap terselenggara menjadi ruang untuk menampilkan karya terbaik bagi para seniman muda dari berbagai penjuru Indonesia.” pungkas Nazla.