Bahan bakar minyak adalah sumber energi yang tidak bisa diperbarui. Ini karena minyak dihasilkan dari bahan-bahan fosil yang kelak pasti akan habis. Untuk itu perlu dipertimbangkan untuk memulai mencari alternatif bahan bakar, yang setidaknya bisa terus diperbarui sehingga tidak memunculkan ancaman kelangkaan.
Slamet Supriyadi, dosen Fakultas teknik Universitas PGRI Semarang, mengajukan bahan bakar alternatif terbarukan berupa minyak kemiri sunan. Usulan itu ia presentasikan dalam ujian tertutup atas disertasinya yang berjudul “Analisis Kerja dan Emisi Gas Buang Biodiesel dari Minyak Kemiri Sunan sebagai Bahan Bakar Terbarukan”, di Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan, sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro, pada 21 Desember 2021, melalui zoom meeting.
“Biodiesel menjadi alternatif bahan bakar yang menjanjikan untuk menggantikan bahan bakar fosil, karena sifatnya yang terbarukan, potensi mengurangi emisi yang dilepaskan oleh bahan bakar fosil dan mengurangi potensi krisis energi yang disebabkan oleh habisnya sumber daya minyak bumi,” ungkap Slamet.
Seturut itu, Slamet menekankan bahwa kemiri sunan merupakan alternatif sumber bahan baku biodiesel karena bukan merupakan bahan pangan sehingga tidak akan berkompetisi dengan penggunaan sebagai bahan pangan.
“Selain itu, apa yang saya sampaikan dalam disertasi ini sejalan dengan komitmen negara untuk meningkatkan proporsi kandungan biodiesel ke dalam bahan bakar minyak diesel sampai 30%, yang implikasinya adalah kebutuhan biodiesel akan terus meningka,” tegas Slamet.
Dari hasil risetnya tersebut, Slamet mengungkapkan pentingnya negara memikirkan tentang energi terbarukan. “Secara umum biodiesel dari minyak Kemiri Sunan perlu dipertimbangkan sebagai alternatif bahan baku biodiesel di Indonesia,” tegasnya.
Dalam ujian tersebut, disertasi yang dipertahankan oleh Slamet diuji oleh Prof.Dr.Hadiyanto, S.T., M.Sc., (ketua penguji); Dr.Budi.Warsito, S.Si., M.Si., (sekretaris); Prof.Dr.Ir. Harwin Saptoadi, M.SE, IPM., ASEAN Eng, (penguji eksternal/UGM); Prof.Dr.Widayat, S.T., M.T., (penguji1); Prof.Ir. Didi Dwi Anggoro, M.Eng., Ph.D., (co-promotor 2), dan terakhir Prof.Dr.Ir. Purwanto, DEA (promotor). Slamet berhasil meraih IPK 3,73 dari hasil ujian tertutupnya.
Rektor Dr Muhdi SH MHum menyambut gembira raihan Slamet Supriyadi tersebut. “Ini bukti komitmen kami untuk menyediakan tenaga pendidik yang berkualitas. Kami sangat mendorong dosen-dosen menyelesaikan S3, sehingga tenaga pendidik bergelar doktor tersebut akan memicu lulusan terbaik. Sehingga akan tercipta budaya akdemik yang berkualitas unggul. Dosen UPGRIS saat ini masih ada 50 yang masih studi doktoral. Lima diantaranya masih melanjutkan studi di luar negeri,” tutur Muhdi.