Bisnis di Era Digital, Pengusaha Harus Selalu Adaptasi dengan Teknologi Mutakhir

Terjadi perubahan yang siginifikan dalam pola bisnis di era internet dan media sosial seperti sekarang. Para pengusaha yang tidak mau beradaptasi pada akhirnya akan mengalami kegagalan dalam merelevansikan produknya dengan kebiasaan masyarakat.

“Kita bisa berkaca dari kasus produk yang dulu tenar, tapi sekarang yang tergilas oleh zaman. Produk selalu dituntut untuk beradaptasi dengan zaman. Dalam bisnis, adaptasi adalah kunci dalam bertahan agar tetap dilirik oleh pelanggan,” ucap Rektor Universitas Persatuan Guru Republik Indonesia Semarang (UPGRIS), Dr. Sri Suciati, M.Hum.

Pernyataan itu disampaikan oleh Rektor UPGRIS, Dr. Sri Suciati, M.Hum, dalam gelaran Iconecobiz (International Conference of Economics and Business) yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UPGRIS di Gedung Balairung, 15 Oktober 2025.

Acara tersebut merupakan program utama tahunan dari FEB UPGRIS yang kini memasuki tahun kedua, dengan mengangkat tema “Digitally Creative: Navigating the Digital Shift in the Global Creative Economy #2”.

Rektor berharap, melalui acara ini mahasiswa bisa mendapatkan “insight” baru terhadap fenomena dunia bisnis. “Acara ini adalah salah satu cara agar mahasiswa yang ingin berbisnis bisa meng-update pemahaman mereka terhadap bisnis digital saat ini.”

Hal yang sama juga ditekankan oleh Prof. Dr. Harjum Muharam, S.E., M.E. dari Universitas Diponegoro. Dalam paparannya yang berjudul “Empowering SMEs Through Fintech Innovation”, ia menekankan pentingnya usaha menengah-kecil beradaptasi dalam hal transaksi keuangan.

“Bisa dibayangkan jika pelaku UMKM hanya mengandalkan cara-cara tradisional. Diperlukan tenaga dan karyawan yang begitu banyak untuk melayani transaski jual beli dalam sehari,” terangnya.

Dicontohkan, dalam transaksi jual beli di Tiktok, orang cukup mempekerjakan satu sampai dua orang saja untuk menerima transaksi pembayaran via daring yang jumlahnya hingga ribuan per hari.

Selain terkait alat pembayaran yang berbasis digital, Harjum juga menyoroti perlunya UMKM mengetahui akses-akses teknologi keuangan yang efisien, seperti e-wallet, P2P Lending, dan aplikasi akuntansi digital lainnya.

Pada kesempatan yang sama, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UPGRIS, Dr. Heri Prabowo, S.E., M.M., menyebut pihaknya menganggap setiap perubahan karakteristik bisnis digital harus direspons dengan cara dan keputusan yang tepat.

“Acara ini diharapkan menjadi ajang bertukar informasi, share hasil penelitian, sekaligus meningkatkan pengetahuan mahasiswa terkait ekonomi kreatif” terangnya. Harapannya, mereka tidak lagi gagap dalam melihat pergeseran yang begitu cepat serta tuntutan bisnis di dunia digital yang tidak terhindarkan lagi.

Dijelaskan pula, peserta yang hadir dalam acara tersebut mencapai 1307 peserta yang terhubung secara daring dan luring. Sementara itu, jumlah artikel prosiding yang terkumpul mencapai 140 artikel dari dalam dan luar negeri.

Dalam acara ini hadir pula secara daring Prof. Dr. Khaydarov Alisher Akram Ugli dari Uzbekistan; Prof. Dr. Edren F Ramirez dari Filipina; Assisten Prof. Dr. Norizah Mustamil, BBA, MBA, DBA., dari Malaysia, serta hadir langsung Walikota Semarang, Dr. Agustina Wilujeng Pramestuti, S.S., M.M.

Dalam sambutannya, Agustina menyebut pihaknya sangat menyambut arah bisnis yang kini harus terkoneksi dengan digital. “Untuk itulah kami sedang mengembangkan web yang terkorelasi dengan data wisata, pendatang, dan komunitas, sehingga bisa dimanfaatkan untuk keperluan bisnis masyarakat.”