LPP UPGRIS Gelar FGD Guna Memastikan Proses Magang Sesuai Kebutuhan Dunia Kerja

Mempersiapakan calon lulusan untuk benar-benar siap terjun di dunia kerja adalah target yang tengah menjadi prioritas bagi Universitas Persatuan Guru Republik Indonesia Semarang (UPGRIS). Hal itu semakin diperkuat dengan raihan Top 10 kampus swasta di Asia Tenggara terkait kesiapan kerja para lulusan.

“Kami sangat serius mempersiapkan lulusan, berbagai tahapan untuk mempersiapkan tenaga kerja yang kompeten, baik itu melalui magang, persiapan kerja, self improvement, semua diprogramkan untuk menghasilkan lulusan yang terhubung dengan dunia kerja.”

Hal itu disampaikan oleh Dr. Muniroh Munawar, S.Pi., M.Pd., dalam acara Focus Group Discussion (FGD) di GP 2, 14 November 2025. Diskusi tersebut mengangkat topik “Pengoptimalan Magang Berdampak bersama PHRD, PMSM, BBGTK Jawa Tengah”. Acara diselenggarakan oleh Pusat Karir, PPL, dan Pemagangan, LPP UPGRIS, dan melibatkan seluruh Ketua Program Studi.

Muniroh menambahkan, ada 2258 calon mahasiswa magang papda periode ini, sehingga kami akan terus menambah mitra kerja yang kompeten demi keterserapan pemagang.

“Keterserapan magang harus sesuai bidang. Untuk itulah kami mengundang pihak-pihak yang kami anggap kompeten, agar bisa menyamakan persepsi, sehingga tempat pemagangan kelak sesuai dengan kemanfaatannya.”

Ketua Pusat Karier, PPL, dan Pemagangan, Dr. Prasetyo, M.Pd., menekankan pihaknya akan terus mengevaluasi serta mencari terobosan-terobosan agar program-program yang disiapkan untuk calon lulusan benar-benar berdampak.

“Dari evaluasi yang telah dilakukan, beberapa program harus ditingkatkan lagi dampak positifnya. Misalnya, job fair kami harapkan bisa lebih menyerap seluruh tenaga kerja alumni,” terangnya.

Irwan Sudaryanto, S.Sos., M.M., dari Perhimpunan HRD Jawa Tengah, menekankan pentingnya penyegaran mindset dari pihak kampus. Menurutnya ada perbedaan mindset antara lembaga pendidikan dan industri.

“Kampus harus  sadar bahwa lulusannya harus bisa memenuhi kebutuhan stakeholder yang membutuhkan luaran dari kampus. Output-nya ialah bagaimana lulusan dibutuhkan oleh dunia kerja,” terangnya.

Irwan juga menekankan pentingnya menjaga relasi antara kampus dengan pihak industri. Di industri, permintaan magang itu banyak. Tapi permasalahannya, ialah bagaimana mungkin perusahaan menerima mahasiswa magang jika masing-masing pihak tidak saling mengenal.”

Di sisi yang lain, Pengembang Teknologi Pembelajaran Ahli Madya (BBGTK Provinsi Jawa Tengah) Manikowati, M.Pd., menekankan pentingnya kesesuaian antara tujuan magang dengan kompetensi yang tengah disiapkan pemagang.

“Di BBGTK, misalnya, prioritas adalah mahasiswa dari rumpun pendidikan dan teknologi informasi. Bahkan kami punya orientasi, ada pemetaan kompetensi bagi para magang, sehingga tidak asal penempatan.”

Sementara itu, Ketua Departemen Hukum dan Hubungan Industrial PMSM, Drs. Budiharjo, M.M., menyoroti pentingnya titik temu antara hal-hal yang dibutuhkan dunia industri serta yang diharapkan oleh dunia kampus.

“Di dunia pendidikan, harus mengubah mindset bahwa magang adalah pemenuhan kewajiban akademik belaka. Tetapi sesungguhnya magang adalah proyeksi atas kemampuan yang didapat di ranah kampus.”