Isu lingkungan semakin mendapat perhatian luas dan merambah ke berbagai sektor, termasuk arsitektur dan teknik. Kondisi ini menuntut adanya kesadaran dan pemahaman menyeluruh agar program pembangunan dapat berjalan seiring dengan upaya menjaga keberlanjutan lingkungan.
Komitmen tersebut tercermin dalam pelaksanaan Science and Engineering National Seminar (SENS-10) yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknik dan Informatika secara daring pada 18 Desember 2025. Seminar nasional ini mengangkat tema “Arsitektur dan Struktur Ramah Lingkungan” dan dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Teknik dan Informatika, Dr. Ir. Ibnu Toto Husodo, S.T., M.T.
Dalam sambutannya, Dekan menekankan pentingnya pendekatan lintas disiplin ilmu antara teknik, arsitektur, dan informatika. Menurutnya, tantangan pembangunan masa kini tidak dapat diselesaikan secara parsial, melainkan membutuhkan integrasi berbagai bidang keilmuan. Ia juga menyoroti perlunya peningkatan integrasi teknologi digital dalam arsitektur, seperti pemanfaatan simulasi, optimasi berbasis komputasi, dan kecerdasan buatan.
Dekan menambahkan bahwa SENS telah memasuki penyelenggaraan tahun ke-10. Selama satu dekade, seminar ini konsisten menjadi forum ilmiah nasional yang fokus mendorong budaya riset, publikasi ilmiah, serta inovasi di bidang teknik dan informatika.
Dekan berharap SENS dapat berperan dalam hilirisasi riset, yakni mendorong lahirnya publikasi yang tidak hanya berhenti pada ranah akademik, tetapi juga dapat diimplementasikan di dunia industri dan menjawab kebutuhan masyarakat. Seminar ini diharapkan mampu melahirkan pemikiran strategis yang aplikatif serta memperkuat kolaborasi berkelanjutan.
SENS-10 menghadirkan dua narasumber, yakni Ilham Nur Huda, S.T., M.T., Ph.D. dari Universitas Diponegoro dan Dr. Ar. Baju Arie Wibawa, S.T., M.T. dari UPGRIS, dengan moderator Dr. Ir. Putri Anggi Permata Suwandi, S.T., M.T.
Ilham Nur Huda mempresentasikan makalah berjudul “Material dan Teknologi Struktur Ramah Lingkungan”. Ia menyoroti berbagai riset dan inovasi material serta struktur, seperti beton geopolymer, beton serat, recycled aggregate, serta material dan struktur bambu. Inovasi-inovasi tersebut dinilai mampu menekan jejak karbon, mengurangi eksploitasi sumber daya alam, serta meningkatkan efisiensi siklus hidup bangunan.
Material terbarukan juga menawarkan kekuatan struktural yang baik dengan dampak ekologis yang relatif rendah. Menurutnya, integrasi inovasi material dan sistem struktur menjadi langkah nyata menuju pembangunan berkelanjutan dan tanggung jawab antargenerasi.
Pada kesempatan yang sama, Dr. Ar. Baju Arie Wibawa memaparkan makalah “Arsitektur dan Struktur Ramah Lingkungan: Material dan Teknologi Masa Kini”. Ia menyoroti pemanasan global yang turut dipengaruhi oleh sektor pembangunan gedung, khususnya melalui proses pendinginan dan pemanasan yang menyumbang sekitar 39 persen pemanasan global. Oleh karena itu, perspektif ekologis dinilai sangat penting dalam dunia arsitektur dan perlu dipahami mahasiswa melalui pembekalan ilmu dan pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan zamannya.
Ketua Panitia Dr. Ir. Ikhwanudin, S.T., M.T. menjelaskan bahwa SENS diselenggarakan setiap akhir tahun dan diikuti oleh dosen, mahasiswa, serta masyarakat umum dari berbagai universitas yang diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil penelitian masing-masing. (*)

