Keberadaan musik tradisi kian mendapat tempat di masyarakat. Media digital memberi kesempatan untuk tiap musik mendapat pendengar yang lebih luas, melampaui batas geografis dan negara.
Seperti diketahui, belum lama ini kelompok musik Nasida Ria sukses menggelar konser di Jerman. Ini membuktikan musik tradisi harus semakin mendapat perhatian.
“Rebana adalah alat musik tradisional tapi sanggup menyesuaikan zamannya. Selain untuk misi siar agama, rebana juga sanggup masuk ke ranah musik populer, dan tentu saja mendatangkan keuntungan komersial,” ungkap Dr. Senowarsito, M.Pd., dalam pembukaan Festival Rebana se-Jateng di Balairung Universitas PGRI Semarang pada 26 Juni 2022.
Seno menambahkan, helatan festival rebana ini adalah bagian dari rangkaian acara peringatan Dies Natalis ke-41 UPGRIS.
“Kami ingin memberi ruang yang lebih luas kepada para musisi rebana agar semakin kompetitif dan bisa menambah saluran kreatifitas mereka, terutama kepada mereka warga Jateng,” tambahnya.
Sementara itu, Rektor Dr.Sri Suciati, M.Hum, dalam sambutannya menganggap gelaran tersebut adalah sebentuk apresiasi dari kampus terhadap musik tradisi.
“Rebana tak hanya digunakan sebagai siar agama Islam, tetapi juga sarana menyebarkan nilai-nilai pendidikan karakter,” ungkapnya.
Menurut Rektor, musik dengan misi menebar siar dan pendidikan semacam itu harus terus diapresiasi. “Di UPGRIS pun sudah lama aktif kelompok unit kegiatan mahasiswa Rebana Nurul Asatid, yang juga rutin menggelar festival tingkat nasional tiap tahunnya. Semoga festival ini pun bisa semakin meramaikan kompetisi musik rebana,” pungkasnya.