Dalam acara-acara pentas seni mahasiswa belakangan, biasanya mereka akan mengundang band atau artis terkenal sebagai bintang tamu. Itu wajar sebenarnya. Namanya juga mahasiswa dengan jiwa muda yang menyukai musik-musik populer dan artis yang tengah trending di media sosial.
Keputusan berbeda justru dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa UPGRIS. Mereka justru memilih untuk menampilkan Wayang Orang Sriwedari dari surakarta, Solo.
“Banyak budaya lokal yang mulai hilang, terkikis oleh zaman. Nah, mahasiswa sudah sewajarnya memiliki kepedulian untuk mengangkat berbagai kesenian daerah untuk ditampilkan. Pertunjukan wayang orang Surakarta salah satu contoh, dan akan ditampilkan dalam acara festival budaya ini.”
Pernyataan itu disampaikan oleh Presiden BEM UPGRIS 2025, M. Sauki Taufiqurrohman, dalam sambutannya di acara Festival Budaya “Gumregah Budaya, Gumebyar Nusantara” yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa UPGRIS di Kampus IV, 23 Oktober 2025.
Rupanya keputusan itu sangat tepat. Kehadiran wayang orang dengan lawakannya sungguh berhasil mengocok perut penonton. Di barisan kursi terdepan, jajaran pejabat tampak terpingkal-pingkal oleh lawakan yang disajikan oleh Bagong dan Gareng, dua tokoh Punakawan dalam dunia pewayangan yang punya karakter lucu. Meskipun masih menggunakan corak lawak ala Srimulat, tetapi lawakan tersebut sangat diterima oleh penonton.
Rektor UPGRIS, Dr. Sri Suciati, M.Hum, sangat menyambut baik pagelaran tersebut. Sepanjang acara tak henti-hentinya pimpinan tertinggi di UPGRIS itu terbahak-bahak dan terpingkal-pingkal. Bahkan Rektor sampai rela merogoh kocek untuk memberikan saweran kepada para pemain wayang orang tersebut.
Menurut Rektor, masyarakat Indonesia memang punya potensi lebih di bidang budaya, dibandingkan dengan masyarakat di negara lain. Kebudayaan sebagai hasil dari proses berpikir, bersosial, dan berkomunikasi dengan alam, menghasilkan banyak sekali produk kebudayaan berupa kesenian. Di Indonesia, jumlahnya sangat berlimpah dan masing-masing punya karakter tersendiri.
“Salah satu hal yang menakjubkan yang dimiliki bangsa kita melampaui bangsa-bangsa lain adalah kebudayaannya. Dan itu semua bergantung pada generasi muda, bagaimana kalian mencintai dan merawat budaya bangsa Indonesia,” ucapnya. Rektor menyambut baik inisiatif BEM memberi panggung terhadap salah satu produk kesenian di Jawa yang sudah mulai kalah pamornya tersebut.
Selain menampilkan pentas wayang orang, dalam acara tersebut juga dimeriahkan oleh penampilan dari para anggota unit kegiatan mahasiswa di bidang seni, di antaranya ada UKM KIAS, Teater Gema, Gisma Choir, UKM Musik Immortal, PSHT, dan sejumlah lembaga mahasiswa di Fakultas Bahasa dan Seni.
Ketua Panitia, Ulimmachkrisa, menegaskan acara tersebut adalah wadah bagi mahasiswa untuk menampilkan keberagaman budaya Indonesia. “Acara ini diharapkan mencerminkan semangat kebersamaan dan saling kolaborasi sesama pecinta budaya.”

