Edupark UPGRIS, Kawasan Belajar Terpadu 2,1 Hektare Siap Dibuka 2026

Universitas Persatuan Guru Republik Indonesia Semarang (UPGRIS) tengah merealisasikan pembangunan Edupark, sebuah kawasan pembelajaran terpadu seluas 2,1 hektare yang mengombinasikan wisata edukasi, laboratorium pembelajaran, hingga pusat kebudayaan dalam satu area.

Terletak di Kampus III UPGRIS, kawasan ini ditargetkan selesai dan dapat diakses masyarakat luas pada tahun 2026. Rektor UPGRIS, Dr. Sri Suciati, M.Hum., mengungkapkan bahwa Edupark diproyeksikan menjadi ruang belajar interaktif yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai kelompok usia, mulai dari siswa PAUD, TK, hingga mahasiswa.

Rektor menegaskan bahwa konsep Edupark tidak sekadar ruang rekreasi biasa, melainkan tempat yang memungkinkan pengunjung memperoleh pengalaman belajar langsung dari objek-objek nyata. Menurutnya, seluruh fasilitas dirancang agar proses belajar berlangsung menarik dan aplikatif.

“Mulai dari cara menanam, pemupukan, hingga penyiraman tanaman, semuanya sudah menggunakan teknologi modern. Anak-anak belajar teknologi sekaligus pertanian modern,” tuturnya usai membuka Festival Panen Raya Edupark UPGRIS pada Kamis, 11 Desember 2025. Melalui pendekatan ini, anak-anak diharapkan tidak hanya menikmati kegiatan rekreasi, tetapi juga memahami cara kerja pertanian masa kini.

Selain menyuguhkan area kebun buah yang menjadi daya tarik utama, UPGRIS juga menyiapkan berbagai fasilitas penunjang untuk kenyamanan pengunjung. Di antaranya terdapat rumah makan, kafe durian, toilet representatif, greenhouse tambahan, serta area bermain edukatif yang memungkinkan anak-anak bereksplorasi dengan aman dan menyenangkan.

Seluruh fasilitas tersebut dirancang agar pengunjung mendapatkan pengalaman lengkap dalam satu kawasan. Salah satu ikon yang dipersiapkan untuk menjadi pusat perhatian adalah sasana budaya, yaitu ruang pertunjukan interaktif yang mengadaptasi konsep pementasan angklung seperti di Jawa Barat. Melalui sasana budaya ini, anak-anak dan masyarakat dapat terlibat langsung dalam pertunjukan yang memadukan seni, musik, dan pembelajaran.

Sri Suciati menekankan bahwa kehadiran Edupark diharapkan menjadi ruang belajar yang membuat anak-anak bergerak aktif, bermain, sekaligus memahami konsep-konsep dasar secara alami tanpa tekanan. “Selama ini anak-anak sibuk dengan gawai. Dengan belajar langsung dari objeknya, mereka lebih tertarik dan mudah memahami,” ujarnya.

Ketua PGRI Jawa Tengah, Dr. Muhdi, M.Hum., menyampaikan bahwa Edupark berfungsi sebagai laboratorium terbuka yang bermanfaat bagi mahasiswa maupun anak-anak. Mahasiswa dapat mempelajari teknologi pertanian modern secara langsung, sementara anak-anak dapat mengenal berbagai tanaman favorit seperti strawberi, melon, hingga durian berstandar premium.

Muhdi juga menyoroti salah satu fasilitas unggulan berupa greenhouse melon. Dalam penjelasannya, satu greenhouse berisi 1.000 tanaman yang dapat dipanen setiap 60 hari, dengan total produksi mencapai lebih dari 1,5 ton. Fasilitas ini menjadi contoh konkret bagaimana Edupark menggabungkan nilai edukatif dan produktivitas. “Ini proyek yang menguntungkan sekaligus mendidik, sehingga semuanya ditanam dengan teknologi terbaik,” jelasnya.

Dengan konsep terpadu, teknologi modern, serta fasilitas yang terus dikembangkan, Edupark diharapkan menjadi pusat pembelajaran inovatif dan destinasi edukasi keluarga yang menonjol di Jawa Tengah.