Pemanasan global adalah tantangan besar yang harus mendapat perhatian dari semua kalangan. Arsitektur sebagai bidang yang bersinggungan langsung dengan peristiwa global tersebut harus cekatan meresponsnya, yaitu dengan perspektif dan pemahaman arsitektur ramah lingkungan.
“Kepedulian pada climate change memang harus tinggi. Bagi arsitektur, adalah satu kebutuhan global untuk merancang produk bangunan green building,” ungkap Baju Arie Wibawa, S.T., M.T, Ketua Program Studi Arsitektur Universitas PGRI Semarang, dalam acara Pameran Produk Studio Tugas Akhir mahasiswa Arsitektur, 29 September 2021, di Gedung Pusat Lantai 2.
Baju menambahkan, arsitektur harus diakui sebagai salah satu faktor penyokong perubahan iklim, oleh karenanya upaya menghambatnya harus terus dikampanyekan dan diparktikkan oleh para calon arsitek.
“Kita melihat, masalah global kaitannya dengan climate chance, arsitektur punya dosa terbesar punya peran menghasilkan C02 paling gede dibanding yang lainnya. Makanya, ini jadi isu global.”
Langkah kongkrit yang kemudian ditempuh oleh mahasiswa arsitektur ialah dengan menciptakan gedung-gedung dengan konsep ramah lingkungan. “Konsepnya, gedung ini bisa hemat sampai 60% dan ramah lingkungan, hemat sumber daya, dan di dalam ruangan nyaman ditinggali.”
Acara pameran ini sendiri digelar rutin tiap tahunnya. “Ini pameran produk studio tugas akhir seri 6 dan 7. Di sini kami memmamerkan maket karya mahasiswa. Semua produk ini akan kami kumpulkan dalam buku. Ini produk mahasiswa untuk dapat gelar arsitektur.”
Pameran ini adalah untuk karya terbaik mahasiswa yang lulus tahun 2020 dan 2021. Pameran akan digelar sampai tanggal 5 Oktober 2021.
Sementara itu, Rektor UPGRIS Dr. Muhdi, S.H., M.Hum, menyampaikan ucapan selamat serta apresiasi terhadap karya-karya mahasiswa arsitektur ini.
“Hasilnya sangat luar biasa dan menginspirasi berbagai daerah untuk mengembangkan daerahnya” jelas Muhdi. Muhdi menyoroti berbagai maket gedung yang ramah lingkungan serta mengutamakan ruang terbuka hijau di setiap elemennya.