Kondisi covid 19 mengakibatkan berbagai macam perubahan termasuk salah satunya di ranah pendidikan. Pembelajaran yang awalnya tatap muka berubah menjadi pembelajaran online dengan berbasis e-learning dan blended learning. Guru Bimbingan dan Konseling (BK) maupun dosen perlu segera beradaptasi dan bertransformasi menghadapi kondisi ini. Salah satunya dengan berkreasi serta berinovasi dalam mengembangkan media pembelajaran yang menarik, komunikatif serta kekinian untuk dapat menjangkau pelayanan bimbingan dan konseling.
Begitupun guru bimbingan dan konseling, dalam memberikan layanan kepada siswa tentunya membutuhkan media yang menarik sehingga siswa menjadi lebih antusias untuk menyimak dan berpartisipasi pada layanan yang diberikan oleh guru BK. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru BK untuk menjalankan tugasnya, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan workshop.
Workshop yang diselenggarakan oleh Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), dengan tema penyusunan Media Bimbingan dan Konseling dalam rangka mempersiapkan pembelajaran tatap muka. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka Dies Natalis UPGRIS ke-40.
Workshop diselenggarakan selama dua hari. Workshop diikuti oleh 193 peserta yang berasal dari unsur guru, dosen dan mahasiswa yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Tujuan dari kegiatan memfasilitasi guru BK mengasah kemampuannya dalam menyusun media pelayanan baik media grafis maupun audio.
Kegiatan workshop ini juga merupakan bentuk implementasi dari Program Kampus Merdeka di mana prodi BK UPGRIS mendapatkan hibah PKKM yang salah satu kegiatannya ditujukan untuk mengembangkan skill mahasiswa dalam menyusun media BK. Terkait MBKM, Selepas mengikuti kegiatan workshop ini para mahasswa dapat menindaklanjuti dalam komunitas “teman BK” untuk bisa lebih mendalami tentang pengembangan media BK.
Dalam sambutannya Muniroh Munawar S Pi MPd Dekan FIP UPGRIS menyampaikan pendidikan merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan. Melalui pendidikan akan mampu melahirkan generasi yang cerdas. “Generasi yang cerdas dapat diperoleh dari pengupayaan pembelajaran yang dilakukan secara optimal, salah satunya melalui pemanfaatan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Adanya media pembelajaran yang menarik akan mampu meningkatkan pemahaman pada materi yang dipelajari serta akan memantik proses berpikir kritis pada siswa maupun mahasiswa. Harapannya melalui kegiatan ini Guru maupun Guru BK akan berupaya untuk terus senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya untuk menunjang Profesionalismenya dalam menjalankan tugas,” tutur Muniroh.
Keynote speaker pada workshop media BK adalah Ketua Asosiasi Bimbingan dan Konseling (ABKIN) Indonesia Prof Dr Muhammad Fahrozin. “Ketua ABKIN Indonesia menyampaikan bahwa Guru BK terus berperan dalam memberikan layanan BK yang profesional di masa pandemi ini baik pada satuan pendidikan yang dilaksanakan secara PTM/luring/of line dan atau PJJ/daring/on line. Media BK yang disusun dengan memanfaatkan teknologi dan dekat dengan siswa akan menjadi sarana dalam melakukan layanan BK yang professional,” kata Fahrozin.
Narasumber lain Sekretaris program studi BK FIP UPGRIS Agus Setiawan MPd serta Rizki Erdiantoro SPd Cht dari ruang Bimbingan dan Konseling, Anden Agung, SPd Guru BK SMP Negeri 21 Semarang serta Alan Hendratna SPd staff laboratorium BK UPGRIS.
Agus Setiawan MPd menyampaikan pemanfaatan power point dalam penyusunan media BK. Guru BK sudah mengenal dengan akrab aplikasi tersebut dan hampir seluruh guru BK dapat menggunakannya. “Namun, ternyata masih banyak hal yang dapat olah lebih jauh dari media ini untuk dapat membuat media yang menarik,”tutur Agus.
Rizki Erdiantoro SPd Cht dari ruang Bimbingan dan Konseling membawakan mata latih pelatihan Public Speaking bagi guru BK. “Pelayanan daring maupun luring akan lebih maskimal ketika guru BK mempunyai keterampilan berbicara di depan publik dengan lebih baik. Pemateri melatihkan beberapa hal yang dapat meningkatkan keterampilan guru BK,” kata Rizqi.
Diharapkan dari pelatihan memberikan bekal yang cukup bagi akademisi. Sebab, masih banyak guru yang kesulitan dalam membuat perangkat atau media BK. Semoga selama dua hari pelatihan ada hasil yang baik untuk bekal dalam dunia pendidikan di tanah air.