Jateng termasuk dalam wilayah rentan bencana. Ini disebabkan Jateng memiliki daerah gunung, laut, hingga daerah dataran tinggi. Sebab itulah Jateng punya potensi bencana angin puting beliung, erupsi gunung, gempa, dan tanah longsor. Dengan potensi tersebut, edukasi penanggulangan bencana memang harus diagendakan oleh pemerintah maupun lembaga pendidikan.
Menyadari hal tersebut, Universitas PGRI Semarang mengupayakan agar materi mitigasi bencana mendapat perhatian serius. Satu di antaranya ialah dalam program Kuliah Kerja Nyata. Wakil Rektor IV, Ir.Suwarno Widodo, M.Si, menyebutkan, selama ini pihak kampus selalu berperan aktif dalam kepedulian terhadap bencana terutama di Jawa Tengah.
“Dalam pengabdian masyarakat, pihak kampus selalu responsif. Untuk “trauma healing” bagi korban, misalnya, kami mengirimkan dosen dari Bimbingan Konseling untuk ikut memulihkan trauma korban,” ungkap Suwarno dalam Dialog Kentongan bertema Peran Perguruan Tinggi dalam penanggulangan Bencana, di lobi Gedung Pusat, lantai 2, pada 19 Desember 2019, hasil kerja sama LPPM UPGRIS dengan RRI Pro 2 Semarang.
Suwarno menambahkan, dalam urusan desain bangunan, Fakultas Teknik UPGRIS pernah mendesain rumah tahan angin puting beliung, tepatnya di desa Gabus, Pati. “Desain rumah tahan bencana tersebut adalah upaya nyata dari kampus untuk masyarakat, terutama merespons adanya bencana,” tandasnya. Selain itu, di program KKN mendatang, UPGRIS berkomitmen agar mahasiswa KKN bisa berperan memberi edukasi kepada masyaragat tentang pentingnya mitigasi bencana.
Sementara itu, kepala BPBD Jateng, Drs.Sudaryanto, M.Si, menyebut universitas harus berperan aktif dalam mewujudkan kesadaran masyarakat terhadap mitigasi bencana. “Mahasiswa harus mampu mengajak masyarakat untuk responsif dan tanggap terhadap potensi bencana. Apalagi sekarang zaman digital, informasi bencana harus segera lekas dikabarkan ke publik agar cepat mendapat bantuan dan pertolongan,” tandasnya.