Keberagaman adalah kekayaan Indonesia. Perbedaan tak boleh jadi penghalang untuk menyatukan visi persatuan dan kesatuan serta nasionalisme. Sejurus itu, tugas utama ormas keagamaan adalah menjaga persatuan serta menjaga kerukunan antar sesama umat beragama. Nahdlatul Ulama yang pada tahun ini memasuki usianya yang ke-97 diharapkan menjadi rumah bangsa Indonesia yang meneguhkan keberagaman.
“Semoga NU bisa menjadi tempat kita bernaung,” ungkap Rektor UPGRIS Dr Muhdi SH MHum dalam sambutannya sebelum membaca puisi dalam Parade Puisi Peringatan Harlah ke-97 NU, di Gedung PWNU (5 Maret 2020). Muhdi menegaskan jika NU harus bisa merangkul kepentingan bersama. “Mudah-mudahan kita bersama NU, tidak saja untuk kepentingan bersama tapi juga untuk bangsa.”
Muhdi lalu membacakan puisinya yang berjudul “Jika Saat Itu Kata Tak Mengalir”. Berikut petikannya: Jika saat itu kata tak mengalir darimu/ Kami tak tahu, apa jadinya kami hari ini. Sebuah puisi yang dipersembahkan khusus untuk peringatan harlah NU ke-97. Acara yang digelar PWNU Jateng tersebut menghadirkan tokoh-tokoh di antaranya Gus Candra Malik, Gus Muhammad Yusuf Chudlori, KH. M. Dian Nafi, serta beberapa tokoh ulama dan kyai di kota Semarang dan sekitarnya.