Perguruan tinggi perlu membuka pemikirian dan hati, dalam berinovasi untuk beradaptasi dan beradopsi dengan dinamikaperubahan yang terjadi secara global. University 4.0, diperlukan untuk menghasilkan manusia dan ilmu pengetahuan yang relevan, dengan kebutuhan industri 4.0, melalui pendekatan pembelajaran dan penelitian yang berbasis pada beragam teknologi terkait.
Hal tersebut disampaikan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Komputer Institut Perbanas Prof Richardus Eko Indrajit, dalam Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komputer 2018, yang digelar Prodi Pendidikan Teknologi Informasi, FMIPATI UPGRIS di kampus IV Jalan Gajah Semarang, Sabtu (17/11).
“Untuk menjadi perguruan tinggi yang cerdas, berbagai kreasi dan inovasi perlu dilakukan secara sadar dengan pendekatan holistik, komprehensif, dan sistemik. Termasuk membentuk ekosistem Smart University pada Pendidikan Tinggi. Pelajari berbagai tren yang ada di dunia, tidak perlu
Ragu atau malu untuk mengikuti serta mengadopsinya. Manfaatkan berbagai perangkat teknologi yang tersedia, integrasikan dengan proses pendidikan. Termasuk menggunakan berbagai strategi dan cara pengadaan, pengembangan, dan implementasi yang inovatif,” terangnya.
Presiden Association of Higher Learning Institution in Computing and Information Technology Studies ini, menandaskan bahwa kunci utama tetap terletak pada kesiapan SDM, proses dan teknologi. “Jangan ragu untuk belajar dari kesalahan, eksperimen dan umpan balik sangatlah penting. Termasuk bagi para mahasiswa sebagai calon guru, sekarang ini pengetahuan dan ilmu diperoleh tidak hanya dari guru saja, namun bisa didapat secara global seiring berkembanganya teknologi informasi,” tandasnya.
Untuk itu pola pikir harus diubah, bukan guru sebagai sentra ilmu, namun guru sebagai media untuk mengembangkan keilmuan tersebut. “Termasuk penggunaan media teknologi informasi dalam belajar, penggunaan media pembelajaran berbasis informasi disinergikan dengan pembelajaran tatap muka. Ini menjadi tantangan bagi calon guru,” ungkap lulusan Havard Univesity ini.
Selain Prof Richardus Eko Indrajit, juga hadir sebagai pembicara pencipta aplikasi Call In, Novi Wahyuninsih. Dalam paparannya, dirinya mengajak para mahasiswa untuk berkreativitas dalam berbagai aspek, termasuk dalam pengembangan aplikasi berbasis teknologi informasi. Diterangkan, sejauh ini ada banyak peluang yang bisa diraih. Dirinya juga menandaskan agar para startup awal, tidak perlu khawatir mengenai pendanaan, ada program crowd founding, yakni praktik penggalangan dana dari masyarakat untuk memodali suatu proyek atau usaha yang umumnya dilakukan melalui internet.
“Sekarang bagaimana kita bisa berkreativitas dalam membuat dan mengembangkan aplikasi, untuk selanjutnya bisa kita presentasikan kepada para calon investor atau masyarakat, sehingga mereka mau membiayai aplikasi tersebut sebagai bagian dari saham usaha,” tandasnya