Dunia ekonomi kreatif selalu dekat dengan anak muda. Para sarjana muda kekinian memang banyak yang tertarik di dunia ekonomi kreatif, baik di bidang jasa maupun perdagangan. Melihat tren mutakhir semacam itu, Kepala Disporapar Jawa Tengah, Drs. Sinoeng N Rachmadi, M.M., mengingatkan para anak muda yang terjun di bidang ekonomi kreatif untuk selalu mengutamakan diferensiasi.
“Di bidang ekraf, persaingan begitu cepat dan pelaku dituntut untuk selalu melakukan diferensiasi. Begitu banyak produk bermunculan, tetapi yang punya “value” dan kemasan yang berbedalah yang akan bertahan,” ucap Sinoeng dalam diskusi terpumpun Kurikulum Program Studi Bimbingan dan Konseling, FIP UPGRIS, pada 13 Agustus 2021, di Hotel Pandanaran Semarang.
Sinoeng menambahkan, nilai dari diferensiasi akan menjadikan bahan produk serupa bisa terkemas secara variatif. “Dalam pariwisata, diferensiasi inilah yang harus dipahami oleh lulusan muda yang hendak masuk ke dunia ekraf,” tegasnya. Dengan kata lain, Sinoeng ingin memberi masukan kepada mahasiswa BK yang hendak terjun ke bidang di luar pendidikan.
Di samping itu, hadir pula Kepala BPMPK, Toni Setyawan, S.T., M.Pd., dan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Dra. Retno Sudewi, Apt., M.Si., M.M. Keduanya turut memberikan masukan.
Sementara itu, Wadek 1 FIP, Siti Fitriana, S.Pd., M.Pd, Kons, menyampaikan bahwa FGD kurikulum ini bertujuan untuk memperoleh pandangan, gambaran, dan masukan dari para narasumber sekaligus sebagai pengguna lulusan BK agar kurikulum yang kami hasilkan dapat adaptif, inovatif, dan sesuai dengan kebutuhan di masyarakat. Ia juga menambahkan, “Kurikulum BK ini dirancang dan berorientasi pada Outcome Based Education (OBE) dengan implementasi MBKM di mana harus memfasilitasi mahasiswa belajar 3 semester di luar prodi sesuai Permendikbud No.3 Tahun 2020 dan membekali mahasiswa memiliki sertifikat kompetensi.”