Rabu, 24 Agustus 2022, Universitas PGRI Semarang mengukuhkan Prof. Dr. Harjito, M.Hum. sebagai guru besar bidang Ilmu Sastra (dan) Bahasa Indonesia Universitas PGRI Semarang. Acara diselenggarakan di Balairung Universitas PGRI Semarang.
Prof Dr Harjito MHum yang memulai karir sebagai dosen Universitas PGRI Semarang pada tahun 1993, pada saat itu masih IKIP PGRI Semarang, pada program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Berbagai jabatan telah dia emban di UPGRIS antara lain, Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (S1), Pimpinan Redaksi Suara Kampus, dan sekarang menjabat sebagai Ketua Program S2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas PGRI Semarang.
Pada acara pengukuhan tersebut Prof. Dr. Harjito, M.Hum menyampaikan Orasi Ilmiah berjudul “Dari Perlawanan Hingga Kolaborasi: Perempuan dan Keluarga dalam Sastra Indonesia”. Prof. Harjito melakukan peneltian terhadap cerita rakat Jawa dan melihat posisi, peran perempuan dalam cerita-cerita tersebut. Karya sastra diyakini merepresentasikan realitas masyarakat atau menggambarkan apa yang terjadi dalam masyarakat, tentu dengan tambahan sedikit atau banyak imajinasi. Pada perkembangannya, sastra ternyata juga memberi inspirasi bagi realitas masyarakat.
Perjalanan perempuan di Indonesia cukup panjang, mulai diposisikan pada ranah domestik karena kodratnya, sebagaimana dikenal 4 M yaitu: menstruasi, menyusui, mengandung, dan melahirkan. Hingga ketika Indonesia masuk pada era pembangunan pada masa Orde Baru yang kemudian dikenal dengan istilah ‘peran ganda’ perempuan. Selain perempuan masih mengurusi masalah domestik juga dituntut membantu perekonomian keluarga dengan bekerja di luar.
Setelah melakukan analisis terhadap sejumah cerita rakyat Jawa, Harjito mengambil kesimpulan bahwa Perempuan bukanlah subjek yang pasif seperti yang menjadi gambaran stereotip. Perempuan bukanlah subjek yang lemah, tetapi merupakan subjek yang memiliki banyak kekuatan dan kekuatan itu dapat ditampilkan atau disembunyikan.
Karena relasi selalu berkaitan dengan pihak lain, maka sangat diperlukan kepedulian dan pelibatan pihak lain, dalam hal ini pihak lelaki. Dengan demikian, diperlukan negosiasi, perlunya penyelarasan baik dari perempuan maupun lelaki bahwa relasi tersebut tidak untuk mencari menang-kalah, bukan dalam pendekatan konfrontatif atau siapa yang lebih mendominasi atau tersubordinasi, tetapi rembugan– membangun-menciptakan kesepakatan-kesepakatan yang memungkinkan untuk mendapatkan harmoni atau keselarasan dalam cara pandang saling menghargai–bukan saling menyakiti.
Dalam segitiga PKK (perlawanan-kesetiaan-kebahagiaan), saya lebih sepakat pada tujuan kebahagiaan dalam keluarga adalah kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan hal yang utama dalam keluarga. Karena itu, saya menyebut bahwa perempuan adalah Perempuan-Kolaboratif, perempuan merupakan subjek penting yang memiliki banyak pilihan untuk berkolaborasi dengan lelaki. Sementara itu, lelaki perlu menjadi Lelaki-Legawa, lelaki yang memiliki kesadaran dalam menerima pasang surut perubahan.
Rektor UPGRIS Dr Sri Suciati MHum menyampaikan bahawa Prof Dr Harjito MHum merupakan ilmuwan sastra, dan satu di antara sedikit guru besar yang konsen terhadap kesetaraan dalam hubungan laki-laki dan perempuan. “Menjadi laki-laki yang menghormati hak-hak perempuan sebagaimana perempuan menghormati hak-hak laki-laki, dengan cara-cara yang baik selalu menjadi ciri tulisan-tulisan Prof. Jito, termasuk tulisannya kali ini. Keistimewaannya adalah ide kesetaraan yang umumnya disuarakan oleh perempuan, kali ini datang dari seorang laki-laki, dari Prof. Jito. Kolaborasi antara laki-laki dan perempuan menjadi kata kunci membangun kekuatan dalam keluarga, masyarakat, dan negara,” tutur Suci.
Bertambahnya guru besar adalah bertambahnya semangat bagi universitas PGRI Semarang untuk terus berinovasi. Kolaborasi antara dosen, karyawan, dan civitas akademika UPGRIS adalah frasa bermantra yang sedang kita gaungkan untuk menuju cita-cita tinggi kita saat ini, yakni akreditasi unggul UPGRIS pada tahun 2026. Saatnya kita memaksimalkan energi positif dalam harmoni kebersamaan, meningkatkan optimisme, kreativitas, produktivitas, serta menjaga soliditas demi kemajuan Universitas PGRI Semarang.
“Kami berharap, setelah pengukuhan ini, kontribusi Prof. Harjito kepada Universitas PGRI Semarang akan semakin besar. Setelah memperoleh jabatan tertinggi di bidang akademik ini, semangat menulis, mengajar, meneliti dan mengabdi bukan makin mengendur, tapi justru meningkat agar memberi kemaslahatan yang lebih besar, melalui identitas keahlian dan kepakaran yang dimiliki,” imbuh Rektor UPGRIS.