Pergi di hari minggu, bersama pacar baru, Naik vespa kliling kota, sampai binaria…
Petikan lagu milik band Naif di atas langsung memancing sorak sorai mahasiswa baru. Lagu berjudul Piknik 72 sudah berumur nyaris dua puluh tahun sejak rilis album pertama itu rupanya masih diingat oleh banyak penonton. Malam itu, Naif menjadi band pengisi pentas malam Inagurasi yang memungkasi rangkaian acara Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa (PKKMB) Baru Universitas PGRI Semarang, yang dimulai sejak sepekan silam, di gedung Balairung (22/09).
Tiga lagu berturut-turut langsung dimainkan, dan setelahnya barulah vokalis Naif David Bayu Danangjaya mulai menyapa penonton. Lagu-lagu andalan mereka mainkan kembali, seperti Posesif, Buta Hati, Dimana Aku Di Sini, dan Aku Rela. Keriuhan mencapai puncaknya ketika Naif memainkan lagu Benci Untuk Mencinta. Suara nyanyian penonton mirip koor. Rata-rata mereka hafal betul lagu ini. Lagu ini kian tenar berkat peran band Endank Soekamti yang mengaransemen-ulang lagu ini menjadi lebih cadas dan bertenaga.
Bahkan sebelum memungkasi lagunya, David beroleh hadiah dari salah satu pengunjung, yang tentu saja, pengidolanya. Dengan agak merangsek ke depan panggung, ada penonton yang mengacungkan sketsa wajah personil Naif yang dibingkai. “Buat kita? Wah makasih. Kita pajang nanti di kantor Naif,” sambut David sambil menerima sketsa tersebut. Keceriaan penonton tak mereda hingga lagu Mobil Balap dimainkan sebagai pamungkas.
“Sambutannya hangat, ya. Appreciate banget. Sejak naik panggung dan lagu pertama asik banget penontonnya,” ungkap David ketika ditemui di ruang transit pascakonser berlangsung. Band yang dibentuk sejak tahun 1995 ini bisa dikatakan sudah menjadi legenda hidup band Indonesia. Bahkan kaset-kaset rilisan Naif harganya bisa sangat melambung tinggi. “Gue mau beli album sendiri di kaskus. Gila banget harganya sampai lima juta. Yang vinyl, ya,” ungkap Mohamad Amil Hussein alias Emil pemain Bass di Naif.
Setelah masa rilisan diganti media digital, kaset-kaset album Naif memang harganya semakin mahal. Banyak para kolektor yang mengincarnya. David mengaku sudah mengantisipasi dengan mencetak ulang rilisan-rilisan lama. Tetapi selalu habis. Kini, David justru membeli albumnya sendiri sebagai dokumentasi.
“Buat artefak ya. Saya juga ngumpulin album sendiri. Beli di online. Sekarang udah komplit, sih.” Ketika ditanya apakah keberatan kaset Naif harganya begitu tinggi, “Nggak papalah. Biar nguntungin penjual lapak aja.”
Hal itulah yang dijadikan Presiden BEM Dimas Zulfikar Fais mengundang Naif. “Termasuk legenda musik Indonesia ya. Dan sampai sekarang lagunya masih digemari,” ungkap Dimas. Selain itu, tambah Dimas, Inagurasi kali ini juga menampilkan pertunjukan seni yang digarap oleh pelbagai unit kegiatan mahasiswa. “Sesuai tema, kami ingin malam Inagurasi ini bisa dijadikan pemersatu bagi mahasiswa,” pungkas Dimas.
Seturut itu, Rektor Universitas PGRI Semarang Dr.Muhdi, SH., M.Hum menyambut baik kehadiran Naif di kampus yang ia pimpin.
“Saya kira mahasiswa baru begitu terkesan dengan Naif. Dan malam Inagurasi ini memang jadi tradisi tiap tahun yang kelak memberi kesan kepada mahasiswa baru. Untuk itulah band-band yang mengisi Inagurasi selalu kami perhatikan betul. Band-band yang kami undang harus semakin menguatkan karakter sesuai dengan visi-misi UPGRIS,” ungkap Muhdi yang pada malam itu berbusana ala retro alias lawasan.
Tak lupa, Naif juga berpesan kepada mahasiswa baru agar memanfaatkan betul kesempatan untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya di tempat kuliah. “Manfaatkan sebaik-baiknya kesempatan mencari ilmu. Jangan sia-siain,” pesan David mewakili awak Naif. [wep]