Ada banyak faktor yang menjadi penyebab kasus kekerasan terhadap perempuan. Salah satunya karena persoalan ekonomi. Ada anggapan bahwa perempuan tidak berdaya, tidak bekerja menjadikan mereka rentan terhadap persoalan tersebut.
Hal ini mendorong Pusat Kependudukan, Perempuan dan Perlindungan Anak (PKPPA) LPPM Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), mendorong kaum perempuan untuk lebih berdaya. Salah satunya melalui seminar women in entrepreneurship, di Gedung Pascasarjana, Kampus I Sidodadi Semarang, Selasa (30/4).
“Kita ingin mendukung kesejajaran perempuan dalam rangka peringatan Hari Kartini. Perempuan dan laki-laki bisa berjalan beriringan. Disatu sisi, banyak kasus kekerasan terhadap perempuan khususnya dalam rumah tangga, diawali dari permasalahan ekonomi,” papar Ketua KPPA Dr Arri Handayani SPsi Msi, disela kegiatan.
Bekerjasama dengan organisasi nirlaba dari Kanada, EQWIP HUBs, pihaknya melihat peluang perempuan bisa berdaya dan produktif dengan berwirausaha. “Mereka yang ingin memulai usaha juga terkadang masih bingung, usaha apa atau memulai dari mana, apa yang harus dilakukan. Berbagai hal tersebut, yang ingin kita sampaikan sehingga mereka memiliki gambaran,” lanjutnya.
Hadir sebagai pembicara nominator Semarang Pangan Award 2019 sekaligus pemilik usaha kuliner Hadifa, Dr Mei Sulistyoningsih Msi. Serta founder sekaligus pemilik Nature Mart Nancy Kristanti Halim.
Sementara, Partner capacity building and gender coordinator EQWIP HUBs Indonesia Yulia Susanti, menuturkan sebagai bagain dari Canada World Youth, organsisasi tersebut berada di bawah pemerintah Kanada. “Kita fokus pada pemberdayaan anak muda, dalam kesiapan kerja dan kewirausahaan madniri,” terangnya.
Dijelaskan, pihaknya melakukan pendampingan kepada generasi muda, dengan rentang usia 15-35 tahun, termasuk dalam memulai wirausaha. “Kita memberikan bantuan pendampingan mentor dala berwirausaha, hingga pendanaan. Caranya dengan membuat proposal bisnis, untuk kemudian kita seleksi. Tahun ini sudah memasuki angkatan ke-4, dengan jumlah anak muda yang bergabung sebanyak 49 orang. Meningkat dari tahun lalu, 19 orang,” lanjutnya.
Nantinya, setiap proposal bisnis yang masuk dan disetujui akan mendapat bantuan usaha. Rata-rata nominal terkecil Rp 10 juta, sementara untuk terbesar dinilai Rp 40 juta per proposal. “Kita harap dengan adanya project ini, kedepan seiring dengan perkembangan wirausaha yang dilakukan oleh peserta, bisa membuka lapangan kerja bagi masyarakat,” tandas Yulia.
Tidak hanya itu, pihaknya juga diperkuat oleh volunteer dari berbagai negara dengan latar belakang ilmu yang berbeda-beda. Keberadaan mereka juga untuk berbagi ilmu yang dimiliki. Tercatat ada 12 volunter di Semarang dan 10 orang di Surabaya.