Sektor pendidikan termasuk paling terdampak pandemi Covid 19, di samping ekonomi dan sosial. Penyebabnya, ada banyak pihak yang secara langsung terkena efeknya, seperti orang tua, siswa, dan guru. Larangan bersemuka dalam proses belajar dan mengajar menjadikan sekolah harus digelar secara daring.
Akibatnya guru dituntut untuk lebih kreatif dan melek teknologi, siswa juga harus lebih berkonsentrasi mengikuti sekolah daring, dan orang tua siswa juga turut mendukung anak-anaknya agar tak bosan. Di sisi lain, guru mengalami banyak tekanan yang tak terduga. Dari persoalan teknis pembelajaran hingga tuntutan untuk terus menyiapkan materi bermutu untuk siswa.
Menyadari hal itu, perlu adanya sinergi antara sekolah, organisasi guru, dan pihak lembaga pendidikan seperti universitas. Berdasarkan hal itulah Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis yang merupakan bagian dari organisasi PGRI dan enam SMA Negeri di kota Semarang bersama Universitas PGRI Semarang menandatangani naskah kerja sama, di Gedung Pusat lantai dua UPGRIS, 8 Oktober 2020.
Kerja sama ini utamanya mengenai pengembangan profesi. Kita menyadari guru harus unggul dan kapabel. Kita harus terus mengapdet keunggulan guru, meskipun di tengah pandemi,” ucap Rektor Universitas PGRI Semarang, Dr. Muhdi, S.H., M.Hum. menurut Muhdi, adanya vaksin belum tentu menjamin pandemi akan selesai pada bulan Desember mendatang.
“Kita harus menyiapkan antisipasi efek pandemi di sekolah, baik terhadap siswa maupun guru. Perlu juga kita teliti sistem kita untuk pengembangan ke depan, untuk menghadapi perubahan zaman dan sistem pendidikan daring,” tambahnya. Untuk itulah kerja sama ini berfokus pada persoalan pengembangan keprofesian, peningkatan kompetensi, serta menghadapi era kebiasaan baru.
Muhdi menyambut baik kerja sama ini, dan mempersilakan sekolah-sekolah penandatangan kerja sama tersebut untuk memanfaatkan tenaga profesional, pakar, dan akademisi di kampus untuk mengisi program-program yang membantui meningkatkan kemampuan guru, seperti pengadaan program pelatihan, publikasi ilmiah, dan pengembangan penguasaan guru atas teknologi.
Sementara itu, Ketua APKS dan Kepla SMA 15 Semarang, Drs. Agung Purwoko, M.Pd., menyadari efek pandemi sangat terasa bagi guru-guru. Untuk itu perlu adanya upaya-upaya kongkrit agar semangat dan mentalitas guru tidak ikut menurun.
“Kami ingin jaga agar teman-teman guru tidak surut semangat, dari segi motivasi dan kompetensi. Ini kan berdampak pada siswa. Untuk itu APKS berupaya menjalin bersinergi dengan perguruan tingg untuk terus menjaga kompetensi profesional para guru,” pungkasnya.
Adapun enam sekolah negeri yang terlibat dalam kerja sama ialah, SMA N 15 Semarang, SMA N 4 Semarang, SMA N 9 Semarang, SMA N 8 Semarang, SMA N 11 Semarang, dan SMA 14 Semarang. Hadir dalam acara tersebut wakil rektor dan jajaran dekan.