Tujuh Arsitek Muda UPGRIS Pamerkan Karya Peduli Lingkungan

Mendesain karya arsitektur tak sekadar membuat rancangan sesuai fungsi belaka. Namun, desain harus juga mempertimbangkan unsur lingkungan. Setiap karya harus memiliki pendekatan terkait dengan kondisi dan jenis bangunan masing-masing beserta unsur lingkungan yang mengitarinya. Hal ini disampaikan oleh Kaprodi Arsitek, Baju Arie Wibawa, S.T., M.T., dalam Pameran karya Tugas Akhir Mahasiswa STA-03 dan STA-04 tahun 2019, di Gedung Pusat, lantai 2, 12 – 13 Desember 2019.

“Sebagai konsep dasar yang harus diimplementasikan dan menjadi visi Prodi Arsitektur UPGRIS adalah pendekatan “green building” atau Bangunan Gedung Hijau. Pendekatan ini digunakan dari mulai tahap analisis tapak dan ruang untuk menciptakan gubahan masa yang memperhatikan arah dan orientasi massa, sehingga secara efisiensi penggunaan energi dapat dilakukan passive desain yang terbaik,” ungkap Baju

Sepenuturan Baju, penerapan oleh mahasiswa konsep ini sampai pada desain fasade dan utilitas melalui penggunaan Rain Water Harvesting pada bangunan. “Optimalisasi cahaya alami dilakukan dengan tetap memperhatikan minimalisasi panas cahaya alami matahari agar tidak membebani AC, namun penerangan matahari tetap dapat dimanfaatkan secara maksimal,” terang Baju.

Dalam pembukaan pameran tersebut, Baju menuturkan bahwa proses penggarapan pameran ini meliputi beberapa tahap. Proses studio tugas akhir ini dilakukan selama 3 bulan yang dibagi dalam tahap laporan perancangan selama 1 bulan, serta 2 bulan tahap studio grafis. Dalam satu tahun di Prodi Arsitektur melakukan 3 kali studio tugas akhir sesuai dengan periode wisuda yang ada di Universitas PGRI Semarang. Ada tujuh arsitek muda yang memamerkan karyanya dalam pameran ini.

Terkait isu lingkungan dalam desain arsitektur, hal yang sama juga diutarakan oleh Fajri Ferdiansyah, mahasiswa Prodi Arsitektur, peserta pameran ini. “Saya menerapkan konsep landscaping dengan daerah hijau untuk pohon, serta rancangan bangunan yang memungkinkan air hujan bisa ditampung untuk dipakai lagi,” kisah mahasiswa kelahiran Cirebon, 23 Deember 1997, ini. Dalam membuat desain bangunan, Fajri terinspirasi bangunan bandara Guangzhou, Cina, rancangan arsitek Zaha Hadid. Fajri memerlukan waktu tiga bulan dalam penggarapan desain ini.

Dalam pameran ini juga ditampilkan rancangan arsitektur karya M. Syndhu Pratama, lulusan terbaik pada Wisuda UPGRIS ke-52, yang merancang suatu Kantor Sewa dan Rental Office di Jl. Pandanaran Semarang. Sindu menambahkan konsep co-working space dalan penataan ruangnya.

Selain itu juga ada arsitek Alfian Mahmud Refangga yang tak lain lulusan terbaik STA-04. Dia merancang Pusat perbelanjaan di Tepi Pantai Marina Semarang dengan konsep pemanfaatan cahaya alami untuk penerangan bangunan serta pemanfaatan air hujan melalui pembuatan Rain Water Harvesting dan pengolahannya. Ada pula karya dari Nur Khafidin, Kukuh Dwi hantoro, Alif Nur Hutama, Dotti Tri Widodo.[]

Leave a Reply