Tingkat literasi seseorang akan sangat berpengaruh terhadap pola pikir orang tersebut, yang secara linear akan menentukan pola kerja seseorang. Kemampuan literasi ditentukan terutama oleh budaya baca seseorang. Namun demikian hingga saat ini kegiatan membaca belum menjadi budaya bagi kebanyakan orang, termasuk para siswa. Padahal sudah ada gerakalan literasi sekolah yang digadang-gadang menjadi sarana meningkatkan budaya membaca, namun terkesan gerakan itu hanya menjadi ritual tanpa makna yang dilakukan oleh sekolah.
Keberhasilan gerelakan literasi sekolah ditentukan juga oleh sarana perpustakaan yang dimiliki sekolah tersebut. Sesuai dengan UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan tiap sekolah wajib memiliki satu perpustakaan. Namun sampai saat ini masih banyak sekolah yang memiliki perpustakaan ala kadarnya. Artinya, baik infrastruktur maupun pengelolaannya masih jauh dari standar. Untuk mengelola perpustakaan sekolah, diperlukan seseorang yang mampu meggerakkan perpustakaan sekolah sehingga betul-betul menjadi jantungnya sekolah.
Untuk itulah Lembaga Pengembangan Profesi Universitas PGRI Semarang sebagai salah satu lembaga penyelenggara diklat, menyelenggarakan pendididikan dan pelatihan calon kepala sekolah. Diklat pola 300 Jam pelajaran ini dimulai Sabtu, baru-baru ini bertempat di Kampus Pascasarjana. Dilat diikuti oleh 23 orang berasalal dari sekolah-sekolah di Jawa Tengah seperti Blora, Pati, Rembang, Tegal dan Brebes. Dalam acara pembukaan Sekretaris LPP Intan Indati berpesan agar seluruh peserta terlibat aktif dalam setiap mata latih sampai mereka nantinya berhasil memperoleh sertifikat.
Pengajar diklat berasal dari praktisi perpustaan UPGRIS serta beberapaa dari luar UPGRIS seperti dari Badan Arsip Daerah, Perpustakaan Wilayah, Perpustakaan UIN, dan lainnya.
Salah seorang peserta dari SMAN 1 Slawi , Dra. Mimik Supriyatin, M.M. menyambut baik adanya diklat ini mengingat banyak sekolah yang telah memiliki perpustakaan namun belum dikelola dengan baik. Untuk itu selain adanya tenaga pustakawan dan juga dibutuhkan kepala perpustaan secara definitif yang bertugas mengelola perpustakaan . Dia berharap dengan adanya diklat ini akan muncul para kepala perpustakaan yang memenuhi persyaratan, antara lain memiliki sertifikat diklat kepala perpustakaan dan tentu saja memeiliki kompetensi manajerial tentang perpustakaan.
Ninik Puji Utami, S.Pd. dari SMKN 1 Jati Blora mengungkapkan hal sama. Disekolahnya bahkan belum ada pustakawan sehingga kedepan dia berharap dinas pendidikan dapat membuka formasi untuk itu. Dia berharap tiap sekolah memiliki gedung perpustakaan tersendiri, bukan sekedar ruang kelas yang diubah fungsi sebagai perpustkaan. Menurutnya, kedepan perlu perlu dikembangkan perpustkaan digital di tiap sekolah. Dengan demikian siswa memiliki pilihan untuk mengakses koleksi pustaka yang ada, baik cetak maupun digital.