Yani Tertantang Mendesain Kostum Tari untuk Robot

Teman-teman di kampus biasa memanggilnya Yani, meski nama lengkapnya Setiani Mulyandari. Ia satu dari dua perempuan yang tergabung dalam tim robotik Universitas PGRI Semarang, yang pada tanggal 5 – 8 Oktober ini akan bertanding memperebutkan tiga juara terbaik untuk Regional 1 yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Peserta kontes yang berhasil meraih gelar tiga juara tersebut akan mendapat tiket untuk masuk tahap Kontes Robot Indonesia Tingkat Nasional di Kalimantan.

Bukan keberuntungan belaka mahasiswa semester 5 Program Studi Informatika ini terpilih dalam tim robotik universitas. Bakatnya, juga kemampuannya dan pengalamannya di bidang tari, memberikannya peluang untuk tergabung dalam Tim Robot Tari, selain memang ia secara pribadi menyukai hal-hal berkaitan dengan kecerdasan buatan. Robot tentu saja bagian dari hal tersebut. Robot yang ia dan timnya rancang, adalah robot tari yang akan mempraktikkan Tarian Enggang dari Kalimantan. “Secara spesifik tugas saya lebih pada penanggung jawab kostum untuk robot, dari desainnya Tari Enggang, dari kalimantan Timur.”

Pengetahuan seputar tari itu memang cocok untuk Yani. “Saya suka tari sejak SD. Pernah juara pula. Waktu SMP ikut FLS2N bisa maju sampai tingkat Provinsi,” terang mahasiswi yang sudah banyak mengikuti kontes lomba menari ini. Perempuan berjilbab dan berpembawaan riang serta piawai dalam berbicara ini bercerita banyak tentang pengalamannya dalam menari. “Pengetahuan dan kemampuan menari lalu saya aplikasikan ke robot, terutama untuk kostum, di situlah peran saya di tim robot ini.”

Yani biasanya melihat terlebih dahulu video gerakan tari, memperhatikan yang diambil gerakan apa saja untuk diaplikasikan ke robot. Gerakan tarian yang menggunakan bulu burung enggang ini sebenarnya sederhana, tetapi akan menjadi sebaliknya ketika robot alias bukan manusia yang menarikannya. Yani pun harus memastikan bahwa ukuran baju yang ia desain menyesuaikan tekstur tubuh robot.

Yani optimis kostum buatannya akan mendukung gerakan robot secara lebih luwes. Ia juga memastikan agar dalam mendesain kostum yang ia rancang tak mengganggu gerakan robot. “Justru itulah susahnya, harus mikir pula bagaimana agar kostum tak memberatkan gerakan robot,” ujar mahasiswi kelahiran Pekalongan, 29 Agustus 1999, ini.

Leave a Reply