Emansipasi perempuan dipandang sudah mencapai taraf yang dikehendaki masyarakat. Pada masa kini, perempuan sudah mendapat kesempatan berkarir di bidang-bidang yang dulu hanya dikuasai laki-laki. Namun, persoalannya ialah masih banyak stereotip bias gender dalam memandang perempuan.
“Kadang bahkan secara sadar kita menormalisasikan ketidakadilan dalamkehidupan sehari-hari. Perhatikan standar berlebihan untuk perempuan,” ungkap Rektor Universitas PGRI Semarang, Dr. Sri Suciati, M.Hum, dalam orasi budaya yang disampaikan dalam acara Festival Hujan Bulan Desember #2, di selasar Gedung Pusat lantai 2, pada 19 Desember 2023 silam.
Sri Suciati mengkritik cara pandang sebagaian masyarakat yang kurang memahami kesetaraan dalam memandang perempuan. Menurutnya, setiap tindakan perempuan selalu dibakukan dengan nilai-nilai sepihak yang sangat subjektif dan bias.
“Perempuan selalu didikete oleh nilai-nilai yang dipaksakan kepada mereka. Banyak stereotip negatif dan tidak berdasar yang ditampilkan kepada perempuan. Misalnya perempuan yang ber-make-up, perempuan tidak berhijab, bahkan korban pemerkosaan sekalipun. Sudah jadi korban, masih disalahkan.”
Untuk itu melalui orasinya, Sri Suciati menyerukan pentingnya bersikap adil dan tidak terjebak dalam stereotip yang bias dan tidak berdasar. “Perempuan ber-make-up misalnya, terlihat cantik dan modis, masa dianggap sedang merayu laki-laki. Itu sungguh tidak adil dan memberatkan perempuan,” tambahnya.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Direktur Pascasarjana UPGRIS, Prof. Dr. Harjito, M.Hum, menyebut penyelenggaraan festival tersebut guna membuka percakapan. “Kami merasa harus ada ruang-ruang dan forum-forum yang tidak formal, cair, tempat persinggungan ide dan gagasan segar. Forum ini pun dirancang untuk itu, untuk memunculkan pertukaran pemikiran yang lebih santai tapi serius,” ucap pnulis buku Memandang Perempuan Jawa tersebut.
Selain menyajikan orasi budaya, dalam forum tersebut diberikan ruang kepada dosen dan mahasiswa untuk membacakan puisi, yaitu Hasan dari PBSD dan Dr. Setia Naka Andrian, dosen PBSI. Acara tersebut dipungkasi dengan penampilan akustik dari UKM musik Imortal.