Aksesori Tradisi Simbolkan Persatuan Negeri

Di dalam gedung balairung itu muda-mudi berbaju putih dengan bawahan berwarna hitam. Blangkon, topi, hingga ikat kepala bercorak tradisi daerah masing-masing menghiasi kepala mereka. Di wajah mereka tampak kesegaran dan kebahagiaan karena akan melewati fase yang tak akan terlupakan dalam masa muda mereka sebagai mahasiswa.

Sejak hari (17/09) ini hingga sepekan ke depan, mahasiswa baru UPGRIS itu bakal menjalani hari-hari dalam keceriaan mengikuti Pekan Orientasi Mahasiswa. Wajah penuh semangat terpulas jelas diwajah mereka meski beberapa di antaranya masih tersisa sedikit raut wajah kantuk. Wajar saja, sejak pukul 6 pagi mahasiswa memang diwajibkan sudah sedia di gedung Balairung.

“Aksesori yang dipakai mahasiswa ialah khas dari daerah masing-masing. Ini wujud persatuan mahasiswa, meski berbeda-beda ras dan latar belakang daerah. Tidak boleh ada penghalang bagi persatuan,” ungkap Dimas Zulfikar Fais, Presiden BEM Universitas PGRI Semarang dalam pembukaan POEMA tadi pagi di Balairung (17/09). Ini juga dijadikan sebagai penegas bahwa mahasiswa UPGRIS berkomitmen menjaga persatuan dan kesatuan.

Faris Akmal (18), mahasiswa baru dari jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, tampak nyaman menggunakan blangkon sebagai penutup kepala. “Lewat blangkon ini saya ingin menunjukkan background saya sebagai orang Jawa,” ungkapnya. Selain blangkon, ada pula aksesori penutup kepala berupa ikat kepala khas Bali, ideng, dan aksesori pakaian adat lainnya.

Misi Presiden BEM tersebut disambut positif oleh Rektor Dr.Muhdi, S.H., M.Hum. Menurutnya, Indonesia sekarang memang sedang menghadapi ujian persatuan. “Ada isu dan gerakan yang kurang baik, yang bisa mengganggu keutuhan bangsa. Mahasiswa harus bisa menunjukkan mereka tetap bersatu,” ungkap Muhdi. Mahasiswa mesti jadi corong utama sebagai pihak yang menyuarakan persatuan dan kesatuan.

Ditambahkannya pula, untuk menghadapi era disrupsi  mahasiswa tak bisa mengandalkan dari kecerdasan akdemik belaka. Mahasiswa harus bisa membagi aktifitas antara kegiatan dalam kelas dan luar kelas. “Aktifitas di luar kelas, seperti berorganisasi akan melatih kematangan dalam bekerja sama, berkomunikasi, serta melatih kedisiplinan. Ini penting untuk dikuasai mahasiswa di era disrupsi,” ungkap Muhdi. Era disrupsi akan selalu menantang para mahasiswa untuk selalu sigap dengan segala perubahan.

Selain pekan orientasi, BEM UPGRIS sebagai panitia juga menginisiasi acara-acara peduli lingkungan, di antaranya bersih-bersih pantai Maron Semarang, kemarin. Rangkaian orientasi acara ini akan ditutup dengan konser musik dari Naif Band dari Jakarta. []

 

Leave a Reply