Manfaatkan Serabut Kelapa untuk Panel Pembatas, Deska dan Nurendah Raih Medali Perak Tingkat Internasional

Gedung bertingkat untuk perkantoran maupun universitas dengan kebutuhan ruangan yang banyak sering memanfaatkan panel pembatas ruangan. Panel tersebut memudahkan untuk pembagian ruangan. Namun, permasalahannya ialah seringkali panel tersebut sering tembus suara dan menyerap suhu panas. Jika di ruang sebelah tengah berisik, ruang lain akan terganggu. Selain itu, jika kebetulan ruangan tersebut berhadapan langsung dengan sinar matahari maka ruangan otomatis menyerap suhu panas tersebut.

Menyadari kelemahan tersebut, dua mahasiswa Prodi Teknik Sipil 2016 Fakultas Teknik Universitas PGRI Semarang, Nurendah Wahyu Candra Arfiliani dan Deska Pradana Putra merancang panel dengan spesifikasi materi khusus, yaitu serabut kelapa. Produk tersebut diberi nama Pacofo (Panel Cocofiber and Styrofoam). Produk panel ini selain ringan sekaligus tidak menyerap suhu panas.

Menurut Deska, pada umumnya panel pembatas terbuat dari beton precast dan panel GRC yang punya kelemahan berat dan mahal serta tidak kedap suara dan menyerap panas. “Dengan menggunakan serabut kelapa, hasil panel menjadi lebih kuat dan tidak menyerap panas. Selain itu, serabut kelapa punya keunggulan ekonomis sebab mudah didapat dan murah,” ungkap Deska, mahasiswa kelahiran Blora, 14 Desember 1991.

Sementara itu, berbagi peran dengan Deska, Nurendah Wahyu Candra Arfiliani bertugas melakukan pengumpulan data dari jurnal ilmiah untuk referensi pembuatan produk panel tersebut. Secara spesifik, Nurendah, begitu biasa ia disapa, mengkomparasi hasil temuan jurnal untuk memperkuat konsep panel. Nurendah mengakui, salah satu kesulitan dalam pembuatan ialah pada tahap pembuatan cetakan yang terbuat dari kayu serta proses pengeringan panel.

Hasil produk ciptaan mereka ini pun berhasil meraih Medali Perak dalam gelaran International Science Technology and Engineering Competition, pada 13 -16 Januari 2020, Graha Manggala Siliwangi dan Graha Pos Indonesia, Bandung. Helatan ini digelar oleh International Young Scientist Association (IYSA) dengan juri Dr. Nadh (Thailand) Ahmed Dinler (Afrika Selatan).

Lewat desain panel tersebut, mereka berhasil mengalahkan 31 tim dari kampus tingkat internasional. Selain itu, hasil kreasi tersebut juga punya kemungkinan untuk diproduksi massal dan berpeluang besar memiliki harga jual yang lebih murah daripada harga panel pada umumnya.[]

Leave a Reply