Perasaan Wisudawan Daring, Dari Sedih, Haru, hingga Optimis

Wisuda adalah masa paling dinanti oleh mahasiswa. Setelah berjuang mati-matian mengerjakan skripsi, proses kuliah yang panjang dan melelahkan, wisuda sepantasnya menjadi ajang memetik segala hasil. Tak hanya itu, wisuda juga bisa dianggap momen untuk meluapkan kebahagiaan bersama teman-teman kuliah.

Semua ekspetasi itu terpaksa diredam. Pandemi Corona memaksa orang-orang harus menjaga jarak dan tak boleh berkerumun. Wisuda yang memang terbiasa diadakan dengan mengumpulkan mahasiswa dan orangtuanya dalam satu gedung, terpaksa diurungkan. Mereka terpaksa harus merayakannya di rumah masing.

Melalui aplikasi zoom, sejumlah 1184 mahasiswa Universitas PGRI Semarang mengikuti wisuda secara daring  di gedung balairung, 17 – 18 Februari 2021. Wisuda secara daring memang menjauhkan wisudawan dari gempita perayaan. Tak ada pelukan di akhir prosesi wisuda, tak ada pula foto bersama keluarga dan teman-teman. Semua berlangsung dalam hening, dari rumah wisudawan masing-masing.

Febriana Mila, wisudawan Progdi PGSD, mengaku sedih. Ia sempat membayangkan akan pergi bersama keluarga untuk menghadiri wisuda drive in seperti wisuda periode sebelumnya. Tetapi peraturan pembatasan sosial menggagalkan impian Febriana yang akrab disapa Ji Em itu. “Ya agak sedih tapi ya, saya paksakan menghibur diri sendiri. Sedih karena nggak bisa bareng teman-teman. Uforia bareng teman-teman,” ungkap dara asal Jepara ini.

Di sisi lain, wisuda daring justru membuat rasa harunya tak tertahan. “Terharu banget, kayak mau nangis. Jadinya pakai kaca mata biar nggak kelihatan kalau mau nangis. Momennya mengharukan banget,” terang Ji Em. Ia juga menambahkan, ibunya merasa agak kaget. “Kok Cuma sebentar, cuma mindahin slempang,” tambahnya.

Sementara itu, Gusmita Tripuji Rahayu, wisudawan Pendidikan Teknologi Informasi, secara jujur merasa kurang puas. “Kedua orangtua sangat ingin datang ke Semarang. Tapi karena aturan pembatasan, ya sudah ikut aturan,” ungkap alumnus asal Pati ini. Ia juga mengungkapkan kesedihan orangtuanya karena tak bisa merayakan wisudanya secara langsung. “Bapak bilang, lho kayak gini aja wisudanya?” tambahnya.

Gusmita mengikuti wisuda di ruang tamu rumahnya. Ditemani kedua orangtua dan keluarganya. Meski diwisuda di rumah, teman-teman Gusmita ada pula yang datang ke rumah untuk menyampaikan selamat. “Teman-teman datang ke rumah, minta foto bersama.” Meski diwisuda secara daring, Gusmita tetap puas dengan prosesi acra penyelenggaraan yang menurutnya baik.  Ia pun optimis meski diwisuda secara daring, itu tak membuatnya semangatnya redam. “Saya optimis untuk segera memasuki dunia kerja.”

Di tempat berbeda, Fadillah Karin, wisudawan Progdi Pendidikan Fisika, sempat cemas karena di saat prosesi wisuda daring telepon genggamnya mengalami gangguan sinyal. “Tadi ada kendala susah sinyal, orangtua jadi ikut degdegan.” Fadilah mengikuti wisuda dari rumahnya di Pemalang ditemani kedua orangtuanya.

Fadilah mengakui, meski sedih tak bisa wisuda secara langsung, ia justru merasa senang dan terharu. “ Saya merasakan perasaan yang bercampur aduk, apalagi bisa melihat teman-teman melalui video,” terangnya.  Kendala pandemi memang menggagalkan impian wisudawan untuk merayakannya bersama-sama. Tetapi, satu hal positif yang mereka rasakan, ada rasa haru yang tak bisa dibendung. Selain karena di momen itulah mereka bisa merayakannya bersama keluarga, mereka lega sebab telah menunaikan kewajiban sebagai seorang pembelajar.

Semangat ya!

Leave a Reply