UPGRIS Perkuat Kesadaran Ketahanan Nasional

Ketahanan asional adalah salah satu faktor utama yang mesti dijaga kekukuhannya. Apalagi di zaman yang serba terbuka seperti sekarang, ketika informasi tak pernah terbendung lagi karena adanya internet. Untuk itu, upaya menjaga ketahanan nasional mesti terus dipupuk, begitupun di dalam lembaga pendidikan. Seminar Nasional Keindonesiaan II yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial dan Keolahragaan (FPIPSKR) Universitas PGRI Semarang, di Gedung Pusat Lantai 7 UPGRIS, 20 April 2017, mengusung semangat demikian. Lewat paparan dari pelbagai narasumber yang kompeten, diharapkan tercipta kesadaran atas ketahanan nasional yang menyeluruh di kalangan akademisi.

Franz Magnis-Suseno lewat makalah yang berjudul Catatan Mengenai Strategi Kebudayaan dan Tantangan Ketahanan Nasional Kontemporer menganggap banyak tokoh di negara ini terjebak dalam konsumerisme. Ini tentu saja menjadi akar masalah korupsi merajalela di negara ini. Korupsi mengikis kepercayaan publik pada pejabat negara yang pada akhirnya bisa membuat ketahanan nasional kian menurun. Masyarakat jadi kurang percaya pada pemerintah.

Sementara itu, pakar hukum pendidikan dari Universitas PGRI Semarang Dr Maryanto Msi mencoba memandang persoalan ketahanan nasional dari sudut pandang hukum. Dalam makalah yang berjudul Pancasila Paradigma Budaya Hukum Indonesia, Maryanto menegaskan bahwa Pancasila adalah dasar tertib hukum dan acuan dalam mempraktikannya. Pelbagai persoalan yang tengah menyerang bangsa Indonesia mesti disikapi secara bijak menggunakan Pancasila sebagai paradigma berpikir.

Tinjauan menarik dihadirkan pula oleh Guru Besar Bidang Analisi Kebijakan Pembangunan Olahraga UNS Solo Prof Dr Agus Kristiyanto MPd, yaitu dengan menyoroti peran olahraga sebagai faktor penguat ketahanan nasional. Lewat makalah yang berjudul Lini Strategis Keolahragaan untuk Penguatan Ketahanan dan Daya Saing Bangsa (Formula Intangible Asset Berbasis Budaya), Agus hendak mengetengahkan peran olahraga sebagai intangibel asset atau modal yang tidak kelihatan. Konsep olahraga yang selalu mengedepankan sportivitas, disiplin, tanggung jawab, serta prestasi, menjadi modal yang sangat berharga bila dimiliki oleh setiap elemen masyarakat.

Dalam sudut pandang yang agak menyeluruh, Ketua Program Studi Ketahanan Nasional dari Universitas Gadjah Mada Armaidy Armawi melihat penyelesaian persoalan ketahanan nasional juga mesti dipandang dari perspektif kebudayaan dan keindonesiaan. Keberagaman bisa menjadi kekayaan jika disikapi secara tepat, yaitu dengan sikap toleransi dan saling memahami. Namun akan menjadi masalah jika setiap perbedaan justru dijadikan pemicu gesekan antar kelompok dan golongan. Untuk itu, upaya Armaidy untuk menyinkronkan antara kebudayaan dan nilai-nilai keindonesiaan sebagai siasat mengukuhkan ketahanan nasional sangatlah tepat.

Pelbagai gagasan yang disampaikan oleh para pakar di atas pantas menjadi perhatian. Lebih jauh lagi, menuntun kita agar terus menjaga keutuhan sebagai bagian dari bangsa dan negara. Karena menulis seruan NKRI Harga Mati di baliho atau spanduk saja tidak cukup.(*)

 

 

Leave a Reply