Pernah Tidak Dibayar

Imajinasi adalah awal dari segala kreatifitas. Barangkali karena itulah bapak Ruswanto dan bu Sunarti tak melarang ketika anak perempuannya Aisyah Fatma Anggraeni menggambari seluruh tembok rumah. Juga segala ruang kosong yang memungkinkan untuk digambari.

Pilihan orangtuanya itulah yang kemudian ternyata membuahkan hasil. Aisyah kini menekuni betul seni menggambar. Belum lama ini, ia baru saja meraih juara 3 Lomba Poster Pekan Seni Mahasiswa Daerah 2018, di Solo. Mengangkat tema Kebinekaan dan Budaya, Aisyah berhasil menyingkirkan beberapa rivalnya yang kustru berasal dari jurusan desain dan seni.

Aisyah mahasiswa PGSD UPGRIS ini mengaku menekuni seni gambar sudah sejak kecil. “Saya suka menggambar sejak sebelum sekolah. Waktu itu tembok, atau apa pun saya gambari,” ungkap perempuan kelahiran Grobogan, 3 Maret 2000, ini.

Kegemarannya ini disokong pula oleh peran sepupunya yang berkuliah di seni rupa. Ia banyak terinspirasi dan mendapat banyak arahan dari sepupunya itu. Meski begitu, ketekunan Aisyahlah yang pada akhirnya membuat ia mulai menuai hasil dari menggambar.

Predikat Juara Terbaik Poster Ramadan Competition dari UKM UKKI juga Aisyah raih pula belum lama ini. Dari beberapa juara yang ia terima, Aisyah mengaku mendapat tambahan uang jajan. Terutama dari hadiah juara. Namun, pernah juga ia mendapat apes.

“Pernah ada customer yang nggak mau bayar,” kenangnya. Tetapi hal itu tak terlalu membuatnya galau. Yang penting gambar, gambar, dan gambar. Ia bercita-cita bisa seperti Lenny Wen, ilustrator buku anak-anak.[]

 

Leave a Reply