Asap Cair Antifeedant pada Rayap dari Limbah Kulit Buah Siwalan

Mahasiswa Universitas PGRI Semarang melakukan pelatihan kepada pemuda Karang Taruna Desa Jatimudo, Kec. Sulang, Kab. Rembang, Jawa Tengah dalam pembuatan asap cair antifeedant pada rayap dari limbah kulit buah siwalan pada Minggu, 19 Agustus 2021

Permasalahan yang dihadapi masyarakat di Desa Jatimudo terhadap pemberdayaan masyarakat yang tidak ada usaha dalam pemanfaatan kulit buah siwalan menjadi olahan yang lebih bermanfaat pada saat kondisi pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.

“Kulit buah siwalan hanya saya buang dan apabila sudah sangat banyak akan saya bakar agar tempat tersebut bisa digunakan untuk membuang kulit buah siwalan kembali, karena jika tidak demikian limbah tersebut akan mengeluarkan bau yang dapat mencemari lingkungan. Apalagi saat musim penghujan seperti ini, limbah tersebut akan lebih cepat membusuk yang mana jika dibiarkan akan menyebabkan penyakit dengan munculnya belatung,” ujar salah satu petani siwalan di Desa Jatimudo

Nurmila Azizah yang beranggotakan Kukoh Puji Slamet Rahayu, Ratna Mufidah, Sulis Setyaningrum dari Prodi Pendidikan Biologi dan Fahrurrozi dari Prodi Teknik Mesin dengan Dosen Pembimbing Ibu Eko Retno Mulyaningrum, S.Pd., M.Pd. melakukan pelatihan pembuatan asap cair antifeedant pada rayap dari limbah kulit buah siwalan.

Berdasarkan permasalahan tersebut Tim PKM-PM Universitas PGRI Semarang memberikan solusi dengan melakukan pelatihan dan pemberdayaan masyarakat dalam pembuatan asap cair dari limbah kulit Siwalan. Adanya pelatihan pembuatan asap cair dari limbah kulit siwalan (Borassus flabellifer) diharapkan mampu mengatasi permasalahan pemanfaatan sumber daya alam yang ada dan terwujudnya pemuda Karang Taruna yang kreatif dan inovatif. Para pemuda tersebut juga diharapkan dapat berbagi ilmu dengan masyarakat lain khususnya petani Siwalan mengenai manfaat kegiatan ini dan manfaat limbah kulit Siwalan yang dapat dimanfaatkan sebagai asap cair antifeedant pada rayap.

Diketahui limbah kulit buah Siwalan mengandung selulosa, hemiselulosa, lignin, dan air sehingga apabila dilakukan proses pirolisis (pembakaran tidak sempurna dengan oksigen terbatas) akan mampu menghasilkan asam laktat dan ã-lakton yang berperan sebagai antifeedant bagi serangga.

Senyawa antifeedant merupakan suatu zat yang apabila diujikan terhadap serangga akan menghentikan aktivitas makan. Senyawa ini mengubah perilaku yang mencegah makan melalui aksi langsung pada organ perasa serangga.

Pada saat ini senyawa bioaktif antifeedant mulai digunakan sebagai pengendali hama alternatif, karena mekanisme kerjanya dinilai lebih aman terhadap lingkungan maupun terhadap manusia atau hewan, ikan dan organisme lain.

Dalam pelatihan tersebut Karang Taruna Desa Jatimudo sangat antusias dalam mengikuti pelatihan “Kami berharap pelatihan pembuatan asap cair antifeedant pada rayap ini tidak sampai disini saja, tetapi dapat dikembangkan menjadi produk usaha di Desa Jatimudo,” ujar wakil ketua Karang Taruna Desa Jatimudo, M. Zaenal Mustofa.

Leave a Reply