Kajian intertekstualitas di Indonesia banyak didominasi analisis dua teks dari budaya dan bahasa yang sama. Padahal, lingkup kajian ini bisa menjangkau berbagai lintas wilayah dan budaya di dunia. Keterpengaruhan teks sastra pada dasarnya bisa bersifat universal.
“Kajian interteks menjauhkan kita dari pemahaman seolah-olah teks sastra Indonesia dianggap ‘berdiri sendiri’, padahal jika ditelusuri lebih dalam, banyak karya sastrawan Indonesia yang lahir dalam dialog dengan sastra dunia.”
Hal tersebut diungkapkan oleh Sri Nurmaningrum, salah satu wisudawan terbaik Program Pascasarjana, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UPGRIS, kemarin (22/05),
Sosok yang biasa disapa Naning itu mengaku, salah satu sastrawan yang sangat menarik perhatiannya adalah Wing Kardjo. Menurutnya, jejak-jejak pemikiran serta estetika Prancis banyak ditemukan dalam karya-karya wing Karjo.
“Dalam prosesnya, saya membandingkan puisi-puisi Kardjo dengan karya-karya seperti “Les fleurs du Mal”, “Une Saison en Enfer’ ‘les poètes maudits”, “L’Éducation Sentimentale”, serta menelusuri bagaimana mitos ‘penyair terkutuk’ atau “le poète maudit” dihadirkan kembali dalam konteks Indonesia yang berbeda,” terangnya.
Dari hasil tesisnya tersebut, Naning kian mempertegas sastra Indonesia adalah bagian dari dialog sastra dunia. “Penyair kita mampu mengolah pengaruh luar menjadi sesuatu yang sangat khas dan lokal.”
Latar belakang Naning sebagai penulis puisi memberikan kesempatan baginya untuk semakin mendalami pemahaman seputar keilmuan puisi. Naning mendapat predikat lulusan “cumlaude” dengan IPK 4.00.
Ditemui dalam kesempatan yang sama, Direktur Pascasarjana, Prof. Dr. Harjito, M.Hum., menyebut pihaknya memastikan ekosistem perkuliahan di lembaganya akan memberikan kenyamanan belajar bagi tiap mahasiswa.
“Kami sangat memprioritaskan proses perkuliahan yang fleksibel dan dinamis. Kenyamanan mahasiswa dalam melakukan riset akan menjadi prioritas utama, sehingga mutu riset yang dihasilkan akan sesuai dengan capaian yang diharapkan,” ungkapnya.
Pada momen wisuda ke-80 kali ini, Pascasarjana UPGRIS mewisuda sejumlah 173 wisudawan yang terdiri berasal dari 5 program studi, yaitu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, dan Pendidikan Dasar.