Mengelola Kondisi Sosio Emosi Anak Usia Dini di Masa Covid-19

Permasalahan di era pandemi Covid-19 banyak dirasakan oleh masyarakat termasuk anak-anak. Mereka yang seharusnya mendapatkan hak untuk belajar dan bermain yang laik. Akan tetapi, justru mereka selalu dibatasi dan diatur oleh protokol kesehatan serta aturan yang sangat ketat.  Agar terhindar dari virus yang sangat berbahaya. Masih banyak orang tua yang belum sadar akan bahaya dari virus Corona. Masih minimnya literasi kesehatan serta pengetahuan orang tua sehingga membahayakan anak-anak.

Meskipun risiko  kesehatan akibat infeksi COVID-19 pada anak lebih rendah dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua, terdapat 80 juta  anak di Indonesia (sekitar 30 persen dari  seluruh populasi) yang berpotensi mengalami dampak serius akibat beragam dampak sekunder yang timbul baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Hal ini yang melatarbelangi Pusat Kependudikan Perempuan dan Perlindungan Anak (PKP2A) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas PGRI Semarang  (UPGRIS) selenggarakan web seminar (webinar) dengan tema “Anak Kita Kuat : Menyiapkan Anak Menghadapi New Normal.” PKP2A Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) bekerjasama dengan Pusat Bimbingan Konseling dan Layanan Psikolog (PBKLP) -LPP UPGRIS dan Fakultas Psikologi USM Sabtu (18/7) selenggarakan webinar dalam rangkaian Dies Natalis UPGRIS ke-39 serta Hari Anak Nasional (HAN) 2020. Kegiatan dilakukan melalui aplikasi zoom dan disiarkan langsung melalui Youtube UPGRIS TV.

Hadir beberapa narasumber diantaranya Dedy Andriyanto, S.Sos Ketua HIMPAUDI Jawa Tengah, dr. Setya Dipayana, Sp.A. Ikatan Dokter Anak Indonesia Jawa Tengah, Desi Maulia, M.Psi., Psikolog Dosen dan Psikolog Pendidikan UPGRIS, serta Dr. L. Rini Sugiharti, M.Si., Psikolog.

Hadir juga serta memberikan sambutan Drs. Muhamad Khadhik, M.Si. kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Semarang serta Ketua LPPM UPGRIS Drs. Senowarsito, M.Pd.  Pandemi covid-19 saat ini memaksa kita untuk berubah. Dimulai dari cara dengar, pandang dan berpikir bersikap, berkomunikasi, belajar dan bekerja. Cara bermasyarakat, berorganisasi bahkan memperbaiki cara kita bersyukur kepada Sang Pencipta.

Dedy Andriyanto, S.Sos menyampaikan ciptakan suasana yang senang dan santai. Orang tua harus memiliki waktu, sehingga waktu belajar bisa kapan saja sesuai dengan kesiapan orang tua dan anak (pagi, siang atau sore).  Kegiatan mengutamakan proses bukan hasil, sehingga bisa dilakukan tanpa diburu-buru harus segera beres, jika belum selesai dapat dilanjutkan esok harinya.  Setiap kegiatan diawali dengan diskusi antara orang tua dan anak tentang apa yang mau dikerjakan, anak dapat memilih kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan ide dan minatnya,”  tutur Dedy.

Anak- anak  adalah  korban  yang  tidak  terlihat mengingat adanya dampak jangka pendek dan panjang terhadap kesehatan, kesejahteraan, perkembangan, dan masa depan anak. Berbagai  upaya   yang   diambil   untuk   menekan  penyebaran  virus   telah   menimbulkan dampak buruk bagi  perekonomian. Peningkatan  penularan virus dari kota  ke  desa diperkirakan  terjadi  akibat  melemahnya sejumlah aspek kehidupan di perkotaan karena  pemberlakuan pembatasan interaksi fisik dan  karantina  wilayah

Lain halnya dengan materi yang disampaikan Desi Maulia, M.Psi., Psikolog tentang mengelola kondisi sosial emosional anak usia dini di masa Covid-19. “Menjaga kesehatan mental anak diantaranya kenali tanda munculnya masalah kesehatan mental pada anak. Bisa terlihat dari tangisan berlebihan, kembali mundur ke perilaku yang sudah dikuasai sebelumnya. Khawatir atau sedih berlebihan serta kebiasan makan dan tidur tidak sehat. Tugas orang tua diantaranya membantu anak mengenali emosi dirinya dan kesempatan mengungkapkan perasaanya. Pertahankan rutinitas sehari sebanyak-banyaknya atau ciptakan aktivitas baru yang positif sesuai tahap perkembanganya,”imbuh Desi.

Semoga dari webinar ini masyarakat khususnya orang tua mampu membuka diri serta lebih siap dalam menghadapi pandemi secara bijak. Anak menjadi aset yang harus dijaga oleh keluarga masing-masing dengan optimal. Agar kelak menjadi generasi penerus bangsa yang unggul dan berkualitas.

 

 

 

 

Leave a Reply