Peduli Pasar Tradisional

Gara-gara diajak oleh dosennya untuk mengikuti proyek identifikasi kerusakan Pasar Johar yang terbakar pada 2015, Dhurra Ayu Tsalatsia (24 tahun) terinspirasi membuat skripsi tentang pasar tradisional. Apalagi saat ini Dhurra melihat revitalisasi Pasar Johar berjalan sukses. Pasar tersebut jadi bersih.

Dhurra pun berpendapat jika tiap pasar tradisional bisa dirawat dengan baik, terutama kebersihannya, pasti pengunjung akan semakin banyak. Skripsinya yang berjudul “Perencanaan Pasar Higienis di Semarang”, memberikan gambaran tentang hal-hal yang harus diperhatikan agar pasar tetap bersih dan pengunjung jadi betah.

“Lewat skripsi yang saya buat, saya mau mengubah citra pasar tradisional yang kumuh. Saya ingin pasar tradisional itu bersih. Seperti Pasar Peterongan, sekarang semakin tertata dan bersih,” ungkap mahasiswa jurusan Arsitektur Universitas PGRI Semarang ini. Dhurra memilih Pasar Bulu sebagai objek penelitian.

Menurutnya, pasar di Bulu sudah cukup higienis. Hanya saja di beberapa bagian masih memerlukan perawatan lebih, terutama berkaitan dengan sampah. “Tempat pembuangan sampah harus dipikirkan secara matang, baik dari posisi dan lokasinya, agar baunya tidak menyebar mengganggu pengunjung dan pedagang,” ungkap perempuan kelahiran 15 Desember 1996 ini.

Dhurra sangat berharap pasar-pasar tradisional bisa dijaga, kebersihan maupun nilai sejarah dan budaya. “Pasar Peterongan itu contoh yang bagus. Pasarnya terawat baik, kebersihannya juga terjaga. Orang jadi nyaman belanja di situ,” ungkap Dhurra yang juga mengaku pengagum Thomas Karsten, arsitek dari Belanda.

“Karsten sangat berjasa bagi Semarang, ia banyak mendesain gedung dan pasar di Semarang. Desainnya sangat memperhatikan sisi manusia,” ucapnya. Salah satu hal yang Dhurra pelajari dari desain Karsten ialah ia sangat mempertimbangkan kebiasaan manusia dan faktor lingkungan. Termasuk dalam hal ini wawasan tentang kebersihan.

 

Leave a Reply