Teliti Seni Barongan, Riris Raih Gelar Doktor Pendidikan Seni

Dosen program studi pendidikan guru sekolah dasar (PGSD) Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Riris Setyo Sundari berhasil raih gelar doktor baru-baru ini. Riris sukses mempertahankan di hadapan para dewan penguji promosi doktor diantaranya Prof Dr Fathur Rokhman MHum, Prof Dr Agus Nuryatin, MHum, Dr Setyo Yanuartuti MSi , Dr Triyanto M A, Prof Dr Totok Sumaryanto F M Pd, Dr Hartono MPd, Prof Dr Suminto A Sayuti, serta Prof Dr Tjetjep Rohendi Rohidi MA. Riris Setyo Sundari lulusan ke 584 Unnes, lulusan ke-44 pendidikan seni serta doktor ke 89 UPGRIS.

Riris lulus doktordengan judul disertasi “Kreativitas Pengembangan Kesenian Barongan Pesisir Lor-Wetan dalam Konteks Pendidikan Seni pada Kelompok Seni Barongan Kusumojoyo Demak” pada program seni pascasarjana Universitas Negeri Semarang dengan IPK 3,85. Bermula penelitian Riris tentang masyarakat Jawa memiliki beragam kesenian tradisional yang merefleksikan kehidupan mereka. Kesenian barongan, merupakan salah satu jenis seni pertunjukan yang hidup dan berkembang di beberapa wilayah Jawa. Seni tradisi merupakan salah satu produk budaya yang menjadi bagian dari masyarakat yang dimanis, dalam artian seni menjadi bagian dari perubahan budaya sosial.

Jadi dalam hal ini masyarakat Jawa bukanlah penduduk yang ada di pulau Jawa, melainkan masyarakat yang hidup di dalam lingkar budaya Jawa. Secara geografis lingkar budaya Jawa berada di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan Jawa Barat merupakan lingkar budaya Sunda. Masyarakat Jawa pesisir dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu sub daerah barat yang berpusat di Cirebon, sub bagian Timur yang berpusat di Demak, dan masyarakat di Surabaya dan sekitarnya yang merupakan sub daerah kebudayaan khusus.

Dalam kondisi perubahan sosial budaya ini, terdapat dua kemungkinan yang terjadi pada kesenian tradisi. Kesenian surut atau punah seiring dengan perubahan yang terjadi masyarakat. Kesenian berkembang menyesuaikan dengan kondisi masyarakat. Kesenian tradisi sebagai salah satu produk budaya harus bisa berkembang sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat, jika ingin tetap ada di tengah kehidupan masyarakat. Pengembangan kesenian sebagai bagian dari budaya ini terjadi dalam proses pendidikan.

Penelitian ini mengkaji kelompok kesenian Barongan Kusumojoyo dan bentuk pertunjukannya, bentuk pendidikan seni yang muncul dalam pertunjukan kesenian Barongan Kusumojoyo Kabupaten Demak, serta kreativitas yang dilakukan oleh kelompok kesenian Barongan Kusumojoyo dalam konteks pendidikan seni.

Pendidikan seni dan bentuk kreativitas barongan kusumojoyo dalam konteks pendidikan seni. Pendidikan seni memiliki fungsi yang strategis untuk mengembangkan berbagai macam potensi yang ada dalam diri manusia. Pendidikan seni sebagai media pelestarian tradisi sosial budaya (konservasi budaya). Fungsi pendidikan seni sebagai media pelestarian tradisi sosial budaya terjadi pada proses alih budaya atau proses pewarisan sebuah kesenian sebagai produk budaya, termasuk juga kesenian Barongan Kusumojoyo. Proses alih budaya dalam kesenian tradisi khususnya Barongan Kusumojoyo ini sangat dipengaruhi oleh modal budaya yang dimiliki oleh generasi muda di dalam kelompok kesenian barongan Kusumojoyo.

WhatsApp Image 2021-03-02 at 18.10.18 (1)

Riris menejelaskan Barongan Kusumojoyo merupakan kelompok Barongan yang memiliki eksistensi tinggi di tengah masyarakat. “Salah satu alasan tetap terjaganya eksistensi dan minat masyarakat terhadap Kesenian Barongan Kusumojoyo, adalah kreativitas yang dilakukan oleh kelompok kesenian Barongan Kusumojoyo Kabupaten Demak. Kesenian Barongan Kusumojoyo sebagai salah satu produk budaya melakukan berbagai kreativitas untuk tetap mempertahankan eksistensinya di tengah perubahan yang terjadi dalam masyarakat,” tutur Riris.

Riris menyimpulkan dalam disertasinya diantaranya,menggunakan tari sebelum pertunjukan inti. Kedua, berkolaborasi dengan pemain musik dari kelompok lain. Ketiga,  menggunakan banyak anggota dan banyak property. Keempat, menggunakan lagu-lagu popular sebagai musik pengiring. Kelima, menggunakan kostum yang meriah; membuat cerita caru sesuai permintaan. Keenam, bekerjasama dengan pihak ketiga dan ketujuh menggunakan media sosial secara konsisten.

Rektor UPGRIS Dr Muhdi SH MHum sangat bangga dengan banyak lulusan doktor muda UPGRIS yang terus berhasil menyelesaikan studi doktornya. “ini sebagai bukti UPGRIS terus meningkatkan sumber daya manusia khususnya dosen yang berkualitas. Banyak minat masyarakat yang kuliah di UPGRIS agar kelak para alumni yang lulus dari UPGRIS benar-benar mendapat ilmu yang bermanfaat. Salah wujudnya dengan melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi dengan sangat baik. UPGRIS melalui penelitian dan pengabdian kepada masyarakat raih sepuluh besar tingkat nasional. Hal ini merupakan prestasi besar UPGRIS dalam menjalankan budaya akademik kampus yang sangat baik serta berkualitas,” imbuh Muhdi.

 

Leave a Reply